Pneumonia Misterius: Indonesia Waspada, Monitor Pintu Masuk

FTNews, Jakarta- Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran kewaspadaan terhadap kasus pneumonia misterius yang terjadi di China belakangan ini.

Surat Edaran Kementerian Kesehatan terkait Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia bernomor PM.03.01/C/4732/2023. Tertulis dan bertandatangan digital Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes Maxi Rein Rondonuwu.

Maxi dalam surat edaran itu menyebut, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeteksi adanya sinyal undiagnosed pneumonia pada anak di China yang Promed publikasi pada 22 November 2023.

Media China menginformasikan adanya peningkatan kasus Mycoplasma pneumonia sejak Mei 2023. Hampir tiga perempat pasien didiagnosis sebagai infeksi Mycoplasma.

Berdasarkan laporan epidemiologi nampak peningkatan kasus Mycoplasma Pneumoniae (40 persen),
influenza, SARS COV-2 dan lain-lain. Di negara China, Mycoplasma memang menjadi causa terbanyak
pada kasus pneumonia.

“Adanya peningkatan kasus rawat jalan dan rawat inap pada anak karena Mycoplasma Pneumoniae sejak Mei 2023,” kata Maxi dalam surat itu, Selasa (28/11).

Mycoplasma merupakan penyakit penyebab umum infeksi respiratori sebelum masa Covid-19. Patogen ini memiliki periode inkubasi yang cukup lama. Penyebaran memerlukan waktu yang lama sehingga disebut sebagai walking pneumonia.

Di samping itu, Mycoplasma merupakan salah satu penyebab penyakit pneumonia di masyarakat, yang paling
banyak dampaknya pada anak-anak. Penyakit ini muncul pada situasi musim panas untuk negara-negara yang
memiliki empat musim.

Di China peningkatan pneumonia terjadi 3-5 tahun. Penelitian di China, adenovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) menjadi penyebab beberapa tahun terakhir.

“Surat Edaran ini bertujuan sebagai langkah kewaspadaan dalam upaya mengantisipasi terjadinya kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia,” ungkap Maxi.

Mengacu pada undang-undang, peraturan menteri, keputusan menteri maka ada beberapa langkah antisipasi.

Kewaspadaan itu melekat mulai dari Kantor Kesehatan Pelabuhan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, puskesmas dan rumah sakit.

Memakai masker saat sakit dan di kerumunan perlu masyarakat lakukan. Foto: UGM

Jaga Kesehatan saat Peralihan Musim

Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kementerian Kesehatan Ngabila Salama mengingatkan menghadapi peralihan musim dari kemarau ke hujan, imunitas cenderung turun.

“Faktor kelembapan membuat kuman seperti virus, bakteri, jamur, dan lainnya mudah masuk ke tubuh manusia,” kata Ngabila kepada FTNews di Jakarta, Selasa (28/11).

BACA JUGA:   Pengakuan Wanita Disabilitas Korban Pelecehan Driver Taksi Online: Pelaku Bersikap Menjijikan!

Selain juga masyarakat juga perlu mewaspadai kenaikan kasus pneumonia balita “walking pneumonia” di China. Penyebabnya kemungkinan virus seperti Adenovirus, RSV, Rinovirus, Influenzae, Parainfluenzae, Covid-19, dan Mycoplasma.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini mengimbau perlunya pencegahan dengan berbagai langkah.

“Kencangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pakai masker di keramaian. Terutama yang sedang sakit. Sebaiknya tidak keluar rumah dan memakai masker di sekolah, ruang kerja atau indoor. Rutin cuci tangan dengan air mengalir dan sabun,” papar Ngabila.

Selain itu lakukan imunisasi rutin lengkap pada anak. Ada 15 imunisasi gratis dari pemerintah bagi anak sampai dewasa.

Vaksin dosis 1-4 untuk Covid-19 usia 18 tahun ke atas gratis di puskesmas dan RSUD terdekat. Anjuran vaksin influenza berbayar mandiri untuk usia 6 bulan ke atas. Terutama kelompok rentan seperti balita, lansia, ibu menyusui, ibu hamil, tenaga kesehatan.

Ilustrasi meningkatkan surveilans. Foto: Istimewa

Kejadian Luar Biasa Pneumonia

Epidemiolog dari Griffth University Dicky Budiman mengatakan, kejadian luar biasa pneumonia di China yang berdampak pada anak sejak pertengahan tahun 2023 karena beberapa patogen. Salah satunya bakteri Mycoplasma.

“Mycoplasma bisa diterapi dengan antibiotik. Namun saat ini kasusnya lebih berat dan membutuhkan perawatan,” kata Dicky.

Riset di Taiwan menduga bakteri ini resisten terhadap antibiotik sehingga menyebabkan banyak kasus pada anak hingga perlu perawatan di rumah sakit.

Selama Covid-19 lanjutnya, kasus influenza, infeksi RSV dan Adenovirus menurun karena banyak orang memakai masker.

Namun ketika status emergency public health WHO cabut kasus meningkat.

Meskipun China menduga kasus pneumonia ini bukan karena bakteri baru. Namun tetap waspada kemunculan virus atau bakteri baru.

Ingat bahwa China pernah menjadi episenter avian flu di masa lalu.

“Pesan bagi kita ancaman virus baru dan bakteri baru meningkat tinggal masalah waktu. Indonesia perlu tingkatkan surveilans,” ungkapnya.

Ia mengimbau pelaku perjalanan untuk menunda kunjungan ke China. Pintu masuk di Indonesia pun harus jeli jika ada orang bergejala flu, batuk dan pilek. Utamakan pula perilaku hidup bersih dan sehat.

Artikel Terkait