Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Diprediksi Gagal dan Rawan Dikorupsi

FT News – Program makan bergizi gratis yang dirancang oleh pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diprediksi akan mengalami kegagalan serta rawan dikorupsi.

Pasalnya, program tersebut dinilai sarat kepentingan beberapa kelompok dan perencanaan konsepnya yang tidak jelas.

Dalam diskusi ‘Solusi Palsu Krisis Pangan’ secara daring, Selasa (17/9), disebutkan bahwa program makan bergizi gratis ada di dalam jerat kepentingan korporasi semata.

“Makan bergizi gratis bisa jadi gagal, selain karena konsepnya ada juga ancaman korupsi dan jerat korporasi. Sebagai contoh, dalam proses kampanye program ada ecommerce besar yang sudah menunjukkan logonya dalam memberikan makan ke sekolah. Itu jerat korporasi badan hukum untuk ambil keuntungan,” ucap Peneliti Komnas FIAN Indonesia, Marthin Hadiwinata.

Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka melakukan uji coba makan siang gratis. (Foto: Ist)

Marthin Hadiwinata menyebutkan kalau program makan bergizi tidak dalam arah pemberian pangan bergizi karena perencanaan konsepnya yang tidak jelas. Pasalnya, program ini menyasar anak-anak sekolah, seharusnya program tersebut masuk dalam kurikulum pendidikan.

Ia mencontohkan, program serupa juga dilakukan di India. Namun dengan konsep yang lebih tepat sasaran juga melibatkan pihak sekolah dalam penyediaan makanan.

“Di India ada Garden Kitchen, jadi murid dipaksa suply pangan yang dimasak di dapur mereka sendiri. Itu catatan penting bagaimana program makan di India berintegrasi bagaimana keluarga sekolah ikut serta terlibat dalam penyediaan pangan,” tuturnya.

Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka melakukan uji coba makan siang bergizi gratis di beberapa sekolah dasar. (Foto: Ist)

Dari program tersebut, kebutuhan akan pangan dipastikan meningkat. Namun, menurutnya, pemerintah sendiri nampak tidak memberdayakan petani maupun nelayan dalam menyediakan bahan pangan tersebut.

“Pemerintah justru sudah melanggar HAM dalam penyediaan pangan bergizi. Misalnya dalam berkurangnya lahan pertanian,” tandas Marthin Hadiwinata.

Artikel Terkait