Program Makan Siang Gratis Perlu Payung Hukum

FTNews – Misi program makan siang gratis menjadi salah satu upaya mencapai visi Indonesia Emas 2045 harus dikawal. Oleh karena itu, program ini harus memiliki payung hukum, sehingga bisa terus berlanjut meski ada estafet kepemimpinan.

Makan siang gratis anak plus pemberian susu menjadi salah satu program pasangan calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Rencananya, anggaran makan siang gratis Rp15.000 per anak per hari.

Bahkan saat ini sudah mulai uji coba program makan gratis di sejumlah wilayah di Indonesia.

Pengamat Politik Universitas Nasional Selamat Ginting mengatakan, program ini memang bukan yang pertama di dunia. Sudah ada 76 negara di dunia melakukan hal yang sama.

Menurutnya, barangkali Indonesia bisa mengambil contoh India negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar di dunia. Jumlahnya sekarang melampaui Republik Rakyat Tiongkok.

“Tentu saja untuk menggapai program ini menuju Indonesia Emas diperlukan sebuah payung hukum. Karena kalau tidak akan ada pergantian kepemimpinan nasional program ini akan mentah lagi,” katanya kepada FTNews, di Jakarta, Rabu (6/3) petang.

Selamat mengungkap, sesungguhnya program perbaikan gizi sudah era Presiden Soeharto mulai pada tahun 1997.

“Nah kemudian program makan siang gratis ini tujuannya bukan hanya rakyat yang sedang di pendidikan sekolah dasar. Tapi juga calon bayi yang harus juga mendapatkan perhatian,” ucapnya.

Berkaca pada India, menerapkan gizi yang baik dan mencegah stunting sudah mulai mereka lakukan sekitar tahun 2000. Saat itu penduduk stuntingnya lebih dari 55 persen.

Sudah 23 tahun berlalu, dengan keputusan mahkamah konstitusinya semua pemimpin nasional harus menjalankan program tersebut. Sebuah ide baik jika Indonesia juga mengikutinya.

BACA JUGA:   Kompak, Kapolri dan Panglima TNI Gunakan Kereta Menuju Lokasi HPN 2023

“Jadi perbaikan gizi itu juga ke depan akan menjadi semacam niat pada tahun 2045 anak-anak yang sekarang sekolah akan menjadi pemimpin-pemimpin kita ke depan,” imbuhnya.

Harapannya dengan program ini, status gizi membaik dan IQ rata-rata Indonesia meningkat. Saat ini tingkat IQ Indonesia masih di urutan 130 negara dari 160 negara dunia. Masih masuk kategori terbelakang dari sisi IQ.

Ilustrasi anak sekolah makan bersama. Foto: Istimewa

Lapangan Pekerjaan

Tak hanya membentuk generasi emas, Selamat menilai program makan siang gratis akan membuka lapangan pekerjaan bagi usaha katering sekolah. Tentunya dengan panduan minimal kalori, karbohidrat. Bukan asal makan kenyang.

“Ini sebuah proyek gagasan yang tidak perlu dicibir kita dukung saja. Kemudian tinggal cari jalan keluar dari mana dana itu dicapai kalau memang kita ingin Indonesia Emas 2045,” paparnya.

Perihal anggaran pun, perlu kajian mendalam dan hati-hati. Jangan juga menjadi proyek mercusuar yang tidak diimplementasikan.

Sementara itu selain India, negara-negara lain yang juga sudah menerapkan program makan siang gratis antara lain Spanyol, Prancis, Portugal, Singapura dan Malaysia.

Spanyol memberikan program makan gratis ke anak-anak yang tinggal di panti asuhan hingga penyandang difabel.

Portugal memberikan makan gratis untuk anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan pendapatan rendah atau penyandang difabel.

Prancis juga memiliki program makan siang dengan memberikan subsidi. Namun, negara tersebut tak sepenuhnya memberi makanan gratis di seluruh negara bagian.

Singapura juga memiliki program makan siang gratis bagi anak-anak. Namun, ini berlaku untuk kalangan tertentu.

Selain mereka, Malaysia juga memiliki program makan gratis untuk anak-anak. Program menyasar 4.000 siswa dari 100 sekolah.

Artikel Terkait