Riset Ungkap Jakarta Rentan Perubahan Iklim

FTNews – Riset terbaru mengungkap Jakarta merupakan kota yang rentan perubahan iklim karena kondisi geografisnya. Wilayah Jakarta terletak di pinggir pantai. Memiliki muara sungai-sungai besar dan berdampak besar pada perubahan.

Peneliti senior Pusat Riset Masyarakat dan Budaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Agus Heri Purnomo mengatakan, perubahan iklim atau osilasi iklim memang masih menjadi bahan perdebatan. Meski begitu masyarakat pesisir harus menyiasati dampak-dampak yang ada.

“Sayangnya, adaptasi yang mereka lakukan ada yang berhasil akan tetapi sebagian besar tidak berhasil atau kurang efektif. Perlu ada intervensi dari pemerintah,” katanya di Jakarta, Kamis (30/5).

Pemerintah lanjutnya memang sudah punya konsep seperti perbaikan saluran-saluran pembuangan banjir. Ada juga upaya reboisasi masyarakat. Namun itu belum cukup. Masih ada beragam masalah dan perlu perbaikan.

Menurutnya, osilasi bisa saja terjadi pada periode 100 atau 200 tahun. Dampaknya, misalnya intrusi air garam atau laut, kekeringan berkepanjangan, banjir karena hujan atau pasang air laut. Contohnya di daerah Rorotan atau Marunda, pada tahun 2007 tergenang sampai berhari-hari dengan ketinggian 70-80 cm.

“Kalau banjir yang terjadi sekira 1-3 jam sudah surut. Namun beda dengan yang terjadi di Rorotan atau Marunda banjir karena hujan atau rob yang masyarakatnya harus dievakuasi,” imbuhnya.

Agus mengatakan, semua itu bergantung dari seberapa manfaat adaptasi yang pemerintah lakukan, dan seberapa besar dampak yang diterima. Ia menjelaskan dari sisi kesehatan dampaknya antara lain diare, DBD, sakit perut dan sebagainya.

“Untuk itu perlu adaptasi membuat palang di pintu,” ujarnya.

Caranya dengan menyedot air menggunakan pompa pembuangan. “Kami meriset apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan rencanakan untuk saat ini dan akan datang. Seperti evakuasi, menggali saluran air, dan membersihkan saluran,” tuturnya.

BACA JUGA:   Jelang Menikah, Rizky Febian dan Mahalini Lakukan Upacara Adat
Banjir Rob di Pesisir Jakarta
Banjir Rob di Pesisir Jakarta. Foto: Antara

Hadapi Perubahan Iklim

Tim lanjutnya juga menganalisis langkah masyarakat itu, tetapi tidak cukup dan tidak efektif. Menurutnya pemerintah perlu mengintervensi dengan penggalian dan normalisasi sungai. Kemudian peninggian jalan, serta sosialisasi yang relevan agar masyarakat lebih siap saat menghadapi perubahan iklim.

Selain itu, masyarakat juga butuh sistem peringatan seperti meninggikan tanggul-tanggul. Di samping itu, dapat pula meringankan harga BBM. Mendekatkan BBM ke masyarakat. Juga pelatihan pengolahan kerang hijau menjadi bata.

Agus menyampaikan, masyarakat juga mengusulkan teknologi RO (reverse osmosis), dan pembatasan operasi untuk tidak dekat dengan pantai. “Maka perlu adanya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat untuk penanggulangan banjir,” tuturnya.

Sementara itu Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Widodo Setiyo Pranowo mengatakan, riset ini masih sangat penting karena perubahan iklim masih hangat dalam pembahasan.

Jakarta rentan perubahan iklim. Bahkan kata Widodo kerentanannya tinggi. Ada banyak bangunan pantai, serta adanya kemiringan pantai dari yang rendah, sedang, sampai tinggi.

Hal itu, menurutnya, ada indikator pasang surut per tahun yakni 0,85 – 0,879 meter. Dilihat dari gelombang Teluk Jakarta yang tingginya mencapai 40 cm. Sehingga, perubahan garis pantai yang tinggi maupun sedang cukup bervariasi.

Sepanjang pantura teluk Jakarta sebelah barat indeksnya rendah. Sedangkan di posisi tengah termasuk rendah sampai sedang. Selanjutnya dari tengah menuju timur semakin tinggi.

Artikel Terkait