Sempat Bertengkar, Arab Saudi Kembali Kirim Dubes ke Lebanon

Forumterkininews.id, Riyadh – Arab Saudi  mengumumkan akan kembali mengirim duta besarnya ke Lebanon setelah perselisihan diplomatik antar dua negara itu tahun lalu.

Saudi Press Agency yang dikelola negara melaporkan, kerajaan membuat keputusan pada Kamis (7/4). Hal ini dilakukan setelah panggilan dan seruan dari kekuatan politik nasional moderat di Lebanon.

Kerajaan juga mengatakan Lebanon setuju menghentikan semua kegiatan politik, militer dan keamanan yang mempengaruhi dan negara-negara Teluk Arab lainnya.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati menyambut baik keputusan Saudi itu. Dirinya selalu menginginkan hubungan baik dengan negara tetangga.

“Kami tegaskan, Lebanon bangga dengan afiliasi Arabnya. Dan menginginkan hubungan terbaik dengan negara-negara Teluk, yang dulu dan akan tetap menjadi dukungan kami,” tulis Mikati di Twitter.

Sebelumnya, Arab Saudi menarik duta besarnya pada tahun 2021. Penarikan ini dilakukan setelah menteri informasi Lebanon pada saat itu mengatakan, perang di Yaman merupakan agresi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Perselisihan itu adalah salah satu keretakan terburuk antara negara-negara Teluk Arab dan Lebanon dalam beberapa tahun. Hubungan menjadi tegang karena pengaruh Iran yang berkembang di negara kecil itu. Di mana Arab Saudi secara tradisional menjadi sekutu yang kuat.

Desember lalu, presiden Prancis dan putra mahkota Arab Saudi mengadakan panggilan telepon bersama dengan perdana menteri Lebanon. Hal ini dilakukan selama kunjungan Emmanuel Macron ke kerajaan itu untuk meredakan ketegangan antara Beirut dan Riyadh.

Tetapi pada bulan Januari, pemimpin kelompok militan Hizbullah dukungan Iran di Lebanon, Hassan Nasrallah, menuduh Riyadh membantu menyebarkan ideologi Islam ekstremis di seluruh dunia. Juga menyandera ribuan orang Lebanon yang bekerja di wilayah Teluk Persia yang kaya minyak.

BACA JUGA:   Lambang "X" Mendadak Lenyap dari Markas Besar Twitter

Lebanon saat ini sedang berjuang dengan krisis ekonomi yang terjadi sejak Oktober 2019. Krisis ini terjadi karena praktik korupsi. Kehancuran menyebabkan tiga perempat dari populasi negara kecil Mediterania yang berpenduduk 6 juta orang berada dalam kemiskinan.

Artikel Terkait