Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai Dikembangkan

FTNews – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) tengah mengembangkan teknologi sensor pendeteksi kecemasan dan stres pegawai. Sistemnya berbasis analisis psiko-fisiologis.

Peneliti Ahli Madya PRMC BRIN Dwi Esti Kusumandari mengatakan, riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Dalam pengembangannya, BRIN bekerja sama dengan PT. Docheck Bagi Indonesia. Perusahan swasta yang bergerak di bidang pengembangan platform mental health. Keduanya menandatangani perjanjian kerja sama tersebut, baru-baru ini.

“Kegiatan riset yang akan dilakukan adalah membuat suatu teknologi pengukur tingkat kecemasan atau stres pegawai,” kata Dwi di dalam keterangannya, Kamis (16/5).

Saat ini, PT. Docheck Bagi Indonesia sebagai mitra kegiatan telah mengembangkan Wool. Sebuah platform pengukur tingkat kecemasan menggunakan metode Enneagram yang sudah internasional akui.

Dwi menambahkan, PRMC BRIN juga telah mengembangkan sistem deteksi stres berbasis biosignal tubuh.

“Dengan kerja sama riset ini, akan dilakukan penggabungan metode Enneagram dan pengukuran sinyal biopotensial tubuh (sinyal otak, jantung, dan kulit). Untuk pengukuran tingkat kecemasan atau stres yang lebih valid,” imbuhnya.

Sensor Tepat

Lewat penggabungan ini lanjutnya, Dwi berharap pemetaan jenis sensor tepat. Nantinya sensor dapat mendeteksi kecemasan dan stres. Sejumlah sensor itu yakni EEG, HRV, dan GSR yang akan tim sesuaikan dengan aktivitas kerja para pegawai.

Dari pemetaan ini, Dwi yakni akan tercipta sebuah standar pemilihan jenis sensor yang tepat. Serta mampu diterapkan pada setiap level pegawai perusahaan.

“Selain itu, tujuan dari kegiatan ini adalah terciptanya metode pembacaan sinyal biopotensial yang dihasilkan dari alat sensor yang dipakai. Dan melakukan interpretasi untuk memetakan tingkat kecemasan dan stres,” ungkapnya.

BACA JUGA:   Tesla Bikin Robot Humanoid, Tahun Depan Sudah Dijual

Dwi optimistis, alat ukur andal ini akan menjadi terobosan dan memberi sumbangsih besar kepada dunia konseling.

Khususnya, perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan BUMN maupun swasta yang lingkungan kerjanya memicu kecemasan dan stres tinggi, seperti perminyakan, pertambangan, gas, serta manufaktur dan rancang bangun.

Selain itu ia pun berharap dari kerja sama ini terjadi penguasaan teknologi tepat untuk membaca biopotensial pengguna. Mengetahui kondisi kecemasan dan stres di tempat kerja.

Serta, menghasilkan bentuk laporan dengan grafik biopotensial dan interpretasi dari sinyal tersebut terhadap kondisi mental health pengguna di tempat kerja.

Sensor-sensor pengukuran biosinyal. Foto: BRIN

Tingkat Stres Pekerja Asia Tenggara

Dari laporan Gallup bertajuk State of State Global Workplace 2023, pekerja Indonesia paling minim stres dibanding negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Berada di urutan teratas Filipina 45 persen pekerja merasa stres di kantor. Berikutnya Myanmar, Thailand dan Kamboja yang persentase pekerja merasa stres 39 persen.

Singapura berada di urutan berikutnya 38 persen. Lalu Laos dan Vietnam masing-masing 34 persen dan 32 persen.

Sebagai informasi, Gallup melakukan survei terhadap 1.000 responden di setiap negara Asia Tenggara pada April 2022 hingga akhir Maret 2023.

Survei ini dengan metode pengambilan sampel acak dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 0,4-8,5 persen. Tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Artikel Terkait