Sepanjang 2023- Juni 2024, BNPT Klaim Tak Ada Serangan Terorisme

FTNews- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengklaim bahwa sepanjang tahun 2023 hingga Juni 2024, tidak ada serangan terorisme di Indonesia.

“Alhamdulillah tidak terjadi satu pun serangan aksi terorisme di Indonesia. Atau yang biasa kita sebut zero terrorist attack,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Mohammed Rycko Amelza Dahniel, Kamis (27/6).

Rycko menyebut, keberhasilan penanggulangan terorisme tersebut juga merupakan hasil dari kerja Densus 88 bersama TNI. Yang selalu sigap menjaga keamanan negara.

Terlebih berdasarkan Global Terrorism Index (GTI), lanjutnya, Indonesia saat ini berada di posisi ke-31 negara dengan ancaman teror tertinggi.

“Artinya, terus membaik dari tahun-tahun sebelumnya. Yang mana pada tahun 2022 dan 2023, Indonesia berada di urutan ke-24,”terangnya.

Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, MSi. dalam Rakornas Duta Damai Dunia Maya dan Duta Santri. (Foto: BNPT RI)

Akan tetapi, ia mengingatkan kepada semua pihak, khususnya pemerintah untuk tidak lengah dan merasa puas. Pasalnya kata Rycko ini seperti teori gunung es.

“Dalam teori gunung es, kondisi ini merupakan fenomena yang muncul di atas permukaan. Sementara itu, di bawah permukaan terjadi peningkatan konsolidasi sel-sel teror,” tandasnya.

Pola Serangan Berubah

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Tanah Air. Perubahan pola itu terjadi dari serangan keras menjadi menggunakan pendekatan lembut.

“Telah terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia dari hard menuju soft approach of attack,” sebut Rycko.

Hal itu, lanjutnya, bisa tampak dari tidak adanya serangan teroris secara terbuka atau zero terrorist attack sepanjang 2023 hingga Juni 2024.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel terus memperat tali silaturahmi dengan mantan teroris di wilayah Jawa Timur. (Foto: TMD BNPT)

Namun, mantan Kapolda Jawa Tengah itu menjelaskan jika kondisi tersebut hanya fenomena di atas permukaan saja.

Sebab, yang terjadi di bawah permukaan justru terjadi peningkatan konsolidasi sel-sel teror dan proses radikalisasi.

BACA JUGA:   Bertemu Dubes China, Prabowo Subianto Ajak 'Bobby' Foto Bersama

Ia menambahkan, perubahan tren pola serangan terorisme di Tanah Air karena para aktor intelektual teroris memahami kondisi masyarakat Indonesia. Yang cenderung tidak menyukai kekerasan.

“Para intelektual ini paham betul bagaimana menghancurkan Indonesia, dia ubah. Terjadi shift of paradigm, shift of approach mereka, dari hard attack berubah menjadi soft attack. Jadi ingin menghancurkan Indonesia, hancurkan generasi muda bangsa,”pungkasnya.

Artikel Terkait