Viral Orangutan Setinggi Rumah, Mengapa Keluar dari Habitatnya?

FTNews – Baru-baru ini, sebuah video viral beredar di media sosial. Video tersebut berlokasikan Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim). Yang mengejutkan, terdapat seekor orangutan yang tengah berkeliaraan di pemukiman warga, di mana tingginya melebihi dari sebuah rumah. Hal tersebut memunculkan sebuah pertanyaan baru, yaitu mengapa orangutan tersebut keluar dari habitatnya?

Orangutan (Pongo pygmaeus) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia. Saat ini, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengkategorikan satwa ini ke dalam critically endangered atau terancam punah. Salah satu penyebabnya adalah kerusakan habitatnya akibat aktivitas dari manusia.

Kerusakan tersebut memaksa orangutan harus keluar dari habitatnya untuk mencari makanan, yang salah satunya adalah pemukiman warga. Hal ini menimbulkan berbagai macam konflik antara manusia dan primata ini. Di mana, mengharuskan satwa ini mencari makan di perkebunan milik masyarakat. Sementara itu, masyarakat menganggap keberadaan orangutan tersebut adalah hama.

Hal ini terbukti dalam penelitian dari Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman dalam Jurnal AGRIFOR. Dari tahun 2012 hingga 2021, lokasi konflik yang banyak terjadi berada di kebun masyarakat. Di mana, dari 109 konflik yang tercatat, 39-nya atau 35,8 persen dari total konflik tersebut berasal dari kebun masyarakat.

Persepsi Masyarakat Setempat dengan Orangutan

Ilustrasi orangutan. Foto: Canva

Tidak sedikit masyarakat yang menganggap menganggap orangutan, terutama yang keluar dari habitatnya, merupakan hama. Tidak sedikit pula masyarakat yang tidak memahami situasi yang satwa tersebut alami sehingga mereka melakukan apa yang masyarakat anggap merugikan mereka.

Berdasarkan hasil penelitian dari Pendidikan Biologi FTK UIN Ar-Raniry, mereka meneliti tentang persepsi masyarakat akan keberadaan orangutan sumatera (Pongo abelii). Di mana, persepsi mereka terhadap sang satwa semakin baik ketika masyarakat tersebut memiliki pendidikan yang tinggi.

BACA JUGA:   Chelsea Buka Peluang Lolos ke Final Piala Liga

Di mana, orang-orang tersebut sering mendengar tentang perlindungan hewan-hewan langka, terutama ketika menempuh pendidikan sekolah. Mereka juga lebih memperhatikan prinsip ekologi dan lingkungan saat bertindak.  “Modal yang diperoleh dari sekolah dapat meningkatkan kontrol dan dapat dirasakan dalam kehidupan,” tulis peneliti dalam prosidingnya.

Sebagai contoh, ketika masyarakat dengan pendidikan lebih tinggi mengusir orangutan, mereka lebih memilih menggunakan lonceng atau bunyi-bunyian yang keras. Sebaliknya, masyarakat dengan pendidikan lebih rendah akan menggunakan kontak listrik bahkan senapan angin untuk mengusirnya. 

Artikel Terkait