FTNews – Setiap tahunnya, kita hidup penuh dengan ancaman-ancaman yang dapat menghampiri. Akan tetapi, kemauan kita untuk mencegah ancaman ini menjadi faktor penting agar tidak celaka.
World Economic Forum (WEF) telah melakukan penelitian akan ancaman-ancaman yang berpotensi untuk berpengaruh secara global. Hasil ini berdasarkan survei terhadap 1.490 ahli di bidang akademik, bisnis, pemerintahan, komunitas internasional, dan masyarakat sipil.
Berdasarkan Global Risk Report 2024, milik WEF, global risk atau risiko global adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang akan berdampak negatif. Dampak negatif ini akan berpengaruh terhadap pendapatan domestik bruto (PDB), populasi, atau juga sumber daya alam.
Berdasarkan WEF, ini 10 risiko global yang berpotensi menimpa kita.
- Cuaca ekstrem (66 persen)
- Misinformasi dan disinformasi berdasarkan artificial intelligence (AI) (53 persen)
- Polarisasi sosial dan/atau politik (46 persen)
- Krisis biaya hidup (42 persen)
- Serangan siber (39 persen)
- Penurunan ekonomi (33 persen)
- Terganggunya rantai pasokan barang dan sumber daya penting (25 persen)
- Eskalasi atau pecahnya konflik bersenjata antar negara (25 persen)
- Serangan terhadap infrastruktur penting (19 persen)
- Rantai pasokan makanan terganggu (18 persen)
Misinformasi Ancaman Paling BerbahayaÂ
Berdasarkan penelitian WEF, misinformasi dan kebohongan publik akan menjadi permasalahan nomor satu di dunia dalam dua tahun ke depan. Sementara itu, untuk 10 tahun ke depan, misinformasi masuk ke dalam peringkat kelima.
Kapabilitas untuk memalsukan dan memanipulasi berkembang dengan pesat seiring berkembangnya teknologi. WEF menganggap dengan adanya bantuan teknologi AI, hal ini akan lebih mudah dilakukan.
Hal ini juga berpontensi untuk merusak ekonomi, memanipulasi masyarakat, dan memecah masyarakat dalam dua tahun ke depan. Banyak kejahatan-kejahatan baru akan muncul juga seperti pornografi menggunakan fitur deepfake yang tanpa konsensual dan manipulasi pasar saham.
Melalui misinformasi dan kebohongan publik, masyarakat akan kelihangan kepercayaannya dan dapat terpecah belah. Terutama seperti saat pemilihan umum, hal ini dapat menimbulkan kekacauan di mana-mana.
Cuaca EkstremÂ
Tahun 2023 sudah resmi menjadi tahun terpanas dengan kenaikan sebanyak 0,6 derajat celcius sebelum terjadinya industrialisasi. Tentu ini merupakan kabar yang sangat buruk bagi masa depan dan kesehatan lingkungan kita.
WEF meletakkan permasalahan cuaca ekstrem di posisi pertama dalam perkiraan untuk 10 tahun ke depan mereka.Â
“Bagaimana dampak perubahan iklim menjadi semakin jelas. Eksternalitas ini bisa saja terjadi memperumit pertanyaan yang ada seputar hukum akuntabilitas terhadap perubahan iklim,†ungkap WEF.Â
“Kerugian dan agenda kerusakan, serta yang terkait dengan iklim litigasi, kemungkinan akan mendapatkan kecepatan, menargetkan lokal, pemerintah negara bagian dan nasional,†lanjut mereka.
WEF juga menganggap cuaca ekstrem ini berkaitan dengan pemanasan global yang mendekati ‘titik kritis iklim’. Perubahan suhu 1,5 derajat Celcius pra-industrialisasi menjadi pemicu perubahan jangka panjang yang berpotensi tidak dapat berubah dan akan terus berlanjut.