WHO: 1 Juta Anak Kongo Terancam Gizi Akut, Dunia Bisa Apa?

FTNews – Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan satu juta anak di Republik Demokratik Kongo terancam kekurangan gizi akut jika tidak mendapat bantuan akibat konflik bersenjata dan krisi pengusian di negara tersebut.

Menurut pejabat senior darurat WHO Adelheid Marschang seperti dikutip dari Antara, harus ada tindakan konkret yang dilakukan untuk bisa membantu anak-anak di Kongo dari ancaman gizi akut.

Konflik dan krisis pengungsi menjadi pendorong utama kerawanan pangan di Kongo, kata Marschang yang mengutip laporan terbaru yang mendapati 40,8 juta orang menghadapi kekurangan pangan yang serius di negara Afrika itu dengan 15,7 juta orang menghadapi kerawanan pangan yang parah dan risiko malnutrisi dan penyakit menular yang lebih tinggi.

WHO: 1 Juta Anak Kongo Terancam Gizi Akut, Dunia Bisa Apa? [Unicef]

Marschang menuturkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Kongo telah menghadapi meningkatnya konflik dan kekerasan, yang menyebabkan pengungsian massal, meluasnya penyakit, dan kekerasan berbasis gender, serta trauma mental yang parah, khususnya di bagian timur negara itu.

Kongo juga ercatat sebagai negara dengan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan tertinggi di seluruh dunia karena 25,4 juta orang terkena dampak.

“Meskipun demikian, krisis ini masih merupakan salah satu krisis yang paling kekurangan dana,” jelasnya.

Pejabat WHO itu juga menyoroti jumlah total pengungsi yang berjumlah sekitar 7,4 juta dan mengatakan perpindahan massal tidak hanya membebani sistem air dan sanitasi tetapi juga mengakibatkan wabah kolera, campak, meningitis, dan cacar monyet.

WHO: 1 Juta Anak Kongo Terancam Gizi Akut, Dunia Bisa Apa? [Tangkap layar Twitter]

Semua kondisi tersebut semakin diperparah oleh banjir besar dan tanah longsor yang melanda beberapa wilayah di negara itu.

Pada 2024, lebih dari 20.000 kasus kolera dan hampir 60.000 kasus campak telah dilaporkan. Jumlah tersebut sebenarnya mungkin akan lebih tinggi karena terbatasnya pengawasan penyakit dan pelaporan data.

BACA JUGA:   Penyuap Bupati Langkat Jalani Sidang Vonis Hari Ini

Sementara itu, WHO telah menjangkau 460.000 orang dengan layanan kesehatan darurat di daerah yang terkena dampak konflik sepanjang tahun ini.

Artikel Terkait