WHO Kirim Bantuan Medis ke Gaza untuk Pertama Kalinya sejak Maret
Nasional

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya berhasil mengirimkan bantuan medis pertamanya ke Gaza sejak awal Maret lalu.
Sembilan truk berisi kebutuhan kesehatan vital seperti pasokan medis, plasma, dan darah berhasil menembus perbatasan, meski dalam jumlah sangat terbatas.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa pengiriman ini hanya seperti "setetes air di lautan" dibanding kebutuhan nyata di lapangan.
Pengiriman Medis: Setetes Air di Lautan Krisis Gaza
Pada Kamis (26/6/2025), Tedros menyampaikan lewat akun X bahwa 2.000 unit darah dan 1.500 unit plasma telah dikirimkan melalui perbatasan Kerem Shalom di Israel.
Semua pasokan tersebut akan didistribusikan ke fasilitas prioritas, terutama di Kompleks Medis Nasser, untuk mengisi kekosongan stok medis di rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza.
Menurut WHO, bantuan ini amat mendesak di tengah meningkatnya korban luka, banyak di antaranya disebabkan serangan di lokasi pembagian makanan.
WHO juga mencatat bahwa hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang beroperasi secara parsial, sementara sisanya lumpuh total.
Blokade dan Dampaknya: Kondisi Memprihatinkan di Gaza
Kondisi memprihatinkan di Gaza. [X]Sejak 2 Maret, Israel memberlakukan blokade total di Gaza. Lebih dari dua bulan kemudian, hanya bantuan makanan dalam jumlah sangat terbatas yang diizinkan masuk.
WHO menegaskan, walaupun sembilan truk berisi perbekalan medis bisa melintas tanpa insiden, hal itu tetap jauh dari cukup.
Selain itu, empat truk WHO lainnya saat ini masih tertahan di perbatasan dan lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan menuju Gaza.
WHO dan Seruan untuk Akses Bantuan Tanpa Hambatan
Kondisi memprihatinkan di Gaza. [X]“Pengiriman ini hanya setetes di lautan kebutuhan,” kata Tedros. Ia menekankan bahwa bantuan skala besar harus segera diizinkan masuk demi menyelamatkan nyawa.
WHO kembali menyerukan agar bantuan kesehatan bisa dikirim tanpa hambatan dan secara berkelanjutan melalui semua jalur, agar fasilitas medis di Gaza mampu menangani lonjakan korban.
Sepekan terakhir, Israel melonggarkan pembatasan untuk masuknya bantuan, tetapi laporan penembakan terhadap warga yang mengantre makanan membuat distribusi tetap berisiko.
Sementara itu, upaya pembagian makanan yang didukung Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) dan didukung AS serta Israel sejak 26 Mei, justru menuai kontroversi.
PBB dan berbagai lembaga bantuan utama menolak terlibat dalam program ini, khawatir distribusi tersebut lebih berpihak kepada kepentingan militer.