WHO: Penyakit Tewaskan Lebih Banyak Orang di Gaza Ketimbang Bom

FTNews, Gaza- Penyakit yang tidak mendapat perawatan medis pada akhirnya bisa membunuh lebih banyak orang di Gaza. Dibandingkan akibat pemboman jika sistem kesehatan tidak segera pulih, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Melansir BBC, WHO menyebut diare dan infeksi pernafasan tersebar luas di kalangan anak-anak. Utamanya di fasilitas WHO yang penuh sesak dengan hampir 1,1 juta orang berlindung.

Juru bicara WHO Dr Margaret Harris mengatakan pada konferensi pers di Jenewa bahwa penilaian terhadap tempat penampungan warga Palestina menemukan adanya wabah penyakit menular.

Dengan kasus diare pada anak-anak berusia lima tahun ke atas yang jumlahnya lebih dari 100 kali lipat dari tingkat normal pada awal November.

”Tidak ada pengobatan yang tersedia untuk penyakit ini. Tanpa pengobatan, kondisi bayi khususnya dapat memburuk dan meninggal dengan sangat cepat,”ujarnya.

Hanya ada 5 RS

Menurut WHO, hanya lima rumah sakit yang beroperasi sebagian di utara Gaza, wilayah yang menjadi fokus serangan darat Israel.

Delapan dari 11 rumah sakit masih berfungsi di wilayah selatan, tempat militer Israel memerintahkan warga sipil untuk melarikan diri. Hanya satu dari rumah sakit tersebut yang memiliki kapasitas untuk menangani kasus trauma kritis atau melakukan pembedahan kompleks.

“Pada akhirnya, kita akan melihat lebih banyak orang meninggal karena penyakit. Dibandingkan akibat pemboman jika kita tidak mampu menyatukan kembali sistem kesehatan ini,” Dr Harris memperingatkan.

Peringatan itu, muncul saat gencatan senjata antara Israel dan Hamas memasuki hari kelima, setelah kesepakatan perpanjangan 48 jam.

Kesepakatan dengan Qatar, Mesir dan Amerika Serikat sebagai mediator, akan membebaskan 20 wanita dan anak-anak Israel yang menjadi sandera di Gaza. Ini sebagai ganti 60 wanita dan remaja Palestina yang menjadi sandera di penjara Israel.

Badan-badan PBB mengatakan bahwa dalam kondisi seperti ini, kembali adanya pertempuran seharusnya tidak terpikirkan, dan mereka kembali menyerukan gencatan senjata permanen.

Artikel Terkait