10 Tahun ke Depan, Rusia Mungkin akan Perang dengan NATO
Politik
.jpg)
Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov mengatakan Negeri Beruang Merah harus mempersiapkan diri untuk perang melawan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) karena keterlibatan mereka dalam perang di Ukraina.
Dikutip dari Politico, Rabu (18/12), Andrei Belousov menyarankan hal tersebut karena ia memprediksi konflik terbuka kemungkinan akan pecah antara Rusia dan NATO dalam sepuluh tahun mendatang. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam rapat dengan Presiden Vladimir Putin pada Senin (16/12) waktu setempat.
“Kegiatan Kementerian Pertahanan didasarkan pada memastikan kesiapan penuh untuk menghadapi skenario apa pun dalam jangka menengah, termasuk kemungkinan konflik militer dengan NATO di Eropa dalam dekade mendatang,” jelas Andrei Belousov.
Baca Juga: Putin Beri Ucapan Selamat Donald Trump, Turut Bahas Perdamaian di Ukraina
Menurut Andrei Belousov, aktivitas NATO menimbulkan ancaman bagi Rusia. Ia juga menyebut hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) aliansi itu pada Juli sebagai salah satu bukti.
Hasil KTT itu di antaranya membentuk bantuan keamanan dan pelatihan bagi Ukraina (NATO Security Assistance and Training for Ukraina/NSATU), menyediakan peralatan sistem pertahanan udara, dan mengutuk negara yang mendukung Rusia selama konflik.
Beberapa bulan lalu, Amerika Serikat juga mengizinkan Ukraina menggunakan senjata canggih jarak jauh mereka untuk menyerang Rusia.
Baca Juga: Vladimir Putin Berencana Hentikan Invasi Rusia di Garis Depan Ukraina: Perang Berakhir!
“Ini juga tercermin dalam dokumen-dokumen doktrinal AS dan negara-negara NATO lain,” tutur Andrei Belousov.
Andrei Belousov menegaskan bahwa Rusia harus menyelesaikan perang dengan Ukraina. Ia mengatakan, Rusia telah mengambil inisiatif dalam pertempuran dan bermaksud menguasai sepenuhnya wilayah Luhansk, Zaporizhizhia, Kheron dan Donest di Ukrina. Negeri Beruang Merah itu mencaplok keempat wilayah tersebut pada September 2022.
Dalam kesempatan yang sama, Vladimir Putin turut menyalahkan NATO karena ketegangan yang mereka ciptakan di perbatasan.
Menurut Vladimir Putin beberapa negara anggota NATO meningkatkan anggaran militer dan kehadiran mereka di perbatasan Rusia. “Jumlah pasukan Amerika di Eropa sudah mencapai 100 ribu,” katanya.
Vladimir Putin juga menyebut Amerika Serikat menakut-nakuti Rusia. Selain itu, beberapa negara Barat terus mengirim senjata hingga instruktur ke Ukraina dan memberikan pelatihan untuk para personilnya.
“Karena ini, Rusia mendekati garis merah, yang mana Rusia tidak lagi mundur dan mulai merespons,” ujarnya.
Pernyataan Menteri Pertahanan Rusia dan Presiden Vladimir Putin muncul setelah presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mencoba menghentikan perang antara kedua negara Eropa Timur itu.
“Kami akan membuat sedikit kemajuan, ini sulit, ini buruk, ini buruk,” ucap Donald Trump.
Donald Trump kemudian menyarankan agar Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky siap membuat kesepatakan.
Diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Sejak saat itu, pertempuran antara kedua negara terus terjadi. Komunitas internasioinal berulang kali mengajukan proposal perdamaian agar kedua negara itu mengakhiri perang. Sayangnya, sampai saat ini tidak ada satu pun proposal yang disetujui oleh Rusia dan Ukraina.