3 Negara Ini Pernah Larang Perayaan Tahun Baru Masehi
Lifestyle
.jpg)
Malam tahun baru 2025 dirayakan dengan meriah oleh seluruh orang di bebagai negara di dunia.
Perayaan tahun baru 2025 itu dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari berkumpul dengan keluarga, menyalakan kembang api hingga menerapkan tradisi yang unik.
Semua orang bergembira dalam perayaan tahun baru 2025, karena menganggap momen itu hanya terjadi setahun sekali.
Baca Juga: Edan, Al-Hilal Siapkan Cek Kosong untuk Cristiano Ronaldo
Namun tidak semua negara yang membolehkan perayaan tahun baru. Sedikitnya ada tiga negara yang pernah melarangnya.
Negara apa sajakah itu? Berikut ulasannya.
1. Afghanistan
Baca Juga: 20 Link Twibbon Ucapan Hari Raya Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Pada periode 1996 hingga 2001, ketika dikuasai Taliban, Afghanistan pernah melarang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Ketika itu Taliban melarang perayaan Natal dan Tahun Baru di Afghanistan dengan alasan perayaan itu merupakan tradisi atau budaya dari barat.
Selain itu, Taliban juga menilai perayaan Natal dan Tahun Baru bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka anut.
Setelah 2001, larangan itu dilonggarkan, seiring dengan berkuasanya pemerintah Afghanistan yang pro barat.
Namun perayaan Natal dan Tahun Baru di Afghanistan hanya berjalan dua dekade. Pada 15 Agustus 2021, Taliban kembali berkuasa.
Hal itu lantaran pasukan Amerika Serikan ditarik dari sana dan pemerintah pro-Barat berhasil digulingkan.
2. Somalia
Somalia juga pernah melarang perayaan Natal dan Tahun Baru masehi. Namun larangan itu tidak berlaku di seluruh negara tersebut.
Hanya wilayah tertentu yang dikontrol kelompok milisi Al-Shabaab yang melarang Natal dan Tahun Baru Masehi.
Serupa dengan Taliban, kelompok milisi itu juga berusaha untuk menghilangkan budaya barat yang dinilai bertentangan engan nilai-nilai Islam.
3. Arab Saudi
Arab Saudi dikenal sebagai negara Kerajaan yang sudah melarang perayaan Natal dan Tahun Baru Masehi selama ratusan tahun.
Sama seperti Afghanistan dan sebagian Somalia, pelarangan itu didasarkan pada keyakinan bahwa perayaan tersebut dianggap tak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Selain itu perayaan tahun baru masehi sebagai budaya barat. Jika melanggar, maka ada sanksinya, berupa teguran, denda hingga penahanan.
Namun, larangan itu kemudian longgar sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman berkuasa di Kerajaan Arab Saudi.
Di bawah kepemimpinan Mohamed bin Salman, Kerajaan Arab Saudi mulai terbuka dengan budaya barat yang sebelumnya dianggap tabu.
Tak hanya perayaan tahun baru, kini di Arab Saudi kita juga bisa merasakan pengalaman menonton konser dan menonton film di bioskop.