Bali Jadi Pulau Terpadat Kedua di Dunia, Posisi Pertama Masih di Indonesia
Traveling

Pulau Bali dinobatkan sebagai pulau terpadat kedua di dunia setelah Jawa, menurut laporan terbaru yang dikutip dari data Visual Capitalist. Pulau seluas 5.780 km persegi ini dihuni rata-rata 731 orang per kilometer persegi, belum termasuk wisatawan yang datang setiap harinya.
Rata-rata lebih dari 60.000 pengunjung datang ke Bali setiap hari, yang populasinya mencapai sekitar 4,2 juta jiwa.
Sepanjang tahun lalu, Bali dikunjungi oleh lebih dari 6,3 juta turis asing, menjadikannya destinasi paling populer di Indonesia.
Baca Juga: Terlambat Berangkat, Tapi Bikin Heboh, Dua Bintang 'Resident Playbook' Siap Bikin Bali Geger
Menariknya, pada 2025 Bali juga dinobatkan sebagai pulau terindah di dunia oleh agen perjalanan Travelbag.
Warga Lokal Terganggu Lonjakan Wisatawan
Baca Juga: Viral TPA Tutup, Gubernur Bali Wayan Koster Minta Warganya Urus Sampah Masing-Masing
Para perempuan menggelar acara tradisi Bali. (disparda.baliprov.go.id)
Namun, di balik popularitas ini, muncul kegelisahan dari sebagian warga lokal. Mereka merasa kenyamanan hidup terganggu oleh lonjakan wisatawan dan pendatang dari luar Bali.
Seorang warga Denpasar bernama Wahyuni mengaku semakin sulit merasa tenang di kampung halamannya sendiri.
“Tingkat kepadatan di Bali jadi tantangan besar, terutama buat warga lokal yang ingin tinggal dengan nyaman,” ujarnya. Ia juga menyoroti banyaknya warga non-Bali yang datang untuk bekerja, semakin menambah kepadatan penduduk.
Masalah lain yang muncul adalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian, karena generasi muda Bali lebih memilih merantau ke luar negeri.
“Siapa yang mau jadi pemetik cengkeh, kopi, atau buah? Akhirnya, kita bergantung pada tenaga luar,” tambahnya.
Kenaikan Harga Tanah
Karapan sapi khas Jembrana, Bali. (disparda.baliprov.go.id)
Ledakan wisatawan dan pertumbuhan jumlah pendatang turut memicu kelangkaan hunian dan kenaikan harga tanah.
“Tanah yang dulu kami impikan untuk dibeli, sekarang rasanya makin jauh dari jangkauan,” keluh Wahyuni.
Sorotan terhadap masalah overtourism di Bali juga telah muncul di media internasional.
Tahun lalu, Fodors Travel Guide bahkan memasukkan Bali sebagai destinasi yang sebaiknya tidak dikunjungi pada 2025, karena tingginya dampak negatif dari pariwisata berlebihan.
Krisis Overtourism?
Namun, Dinas Pariwisata Bali membantah adanya krisis overtourism. Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, menyatakan bahwa kapasitas akomodasi dan objek wisata masih mampu menampung wisatawan.
“Yang jadi masalah hanya di jalanan, karena sering macet,” ujarnya, seperti dikutip dari The Bali Sun.
Meski begitu, ia mengakui bahwa pengelolaan lonjakan wisatawan, terutama saat libur panjang seperti Natal dan Idulfitri, harus diperbaiki.
“Bali harus selalu siap. Dunia tak akan menunggu. Ketika ada momen khusus, persiapan harus lebih ekstra,” tegasnya.
Sumber: South China Morning Post