Bencana Hidrometeorologi Basah di Sukabumi Akibat Bibit Siklon 95W di Laut Natuna Utara

Jawa Barat

Minggu, 08 Desember 2024 | 22:14 WIB
Bencana Hidrometeorologi Basah di Sukabumi Akibat Bibit Siklon 95W di Laut Natuna Utara
Kepala BMKG Dwikorita melakukan peninjauan ke lokasi bencana di Sukabumi, Jawa Barat/Foto: BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab bencana alam banjir bandang, tanah longsor, dan keretakan tanah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, akibat adanya bibit siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia Barat daya Banten.

rb-1

"Dampaknya terjadi angin kencang kemudian disertai gelombang tinggi di laut. Nah di darat adalah meningkatnya curah hujan yang intensitasnya lebat hingga sangat lebat disertai angin kencang dan petir," kata Dwikorita pada saat Rapat Koordinasi Penanganan Banjir Bandang di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dikutip dari keterangan pers BMKG.

Rapat Koordinasi Penanganan Banjir Bandang di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat/Foto: BMKG

Kondisi tersebut, lanjut Dwikorita, mengakibatkan pembentukan pola belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Barat. Di sisi lain, gelombang kelvin aktif di perairan barat Pulau Jawa turut berperan meningkatkan pembentukan awan.

Baca Juga: Seorang Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Gempa Jumat Malam

rb-3

Sehingga, berdasarkan analisis BMKG pada saat kejadian, terpantau pertumbuhan awan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang membuat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak dini hari hingga siang.

Foto: BNPB

Bibit Siklon Tropis 91S

Di sisi lain, BMKG juga telah mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudra Hindira, sebelah barat daya Banten yang diperkirakan akan memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di Sebagian wilayah Indonesia dalam satu hingga 8 Desember 2024.

Baca Juga: BMKG: 70 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan

Dampak dari keberadaan bibit Siklon Tropis 91S diperkirakan meliputi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, dan Jabodetabek. Sementara itu di wilayah perairan selatan Selat Sunda, dampak angin kencang dapat mencapai kisaran 15-25 knot (27-46 km/jam).

Selain itu, kata dia, gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi terjadi di kawasan Samudra Hindia, khususnya di selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur.

Gelombang yang lebih tinggi, dengan ketinggian antara 2,5 hingga 4,0 meter, berpotensi terjadi di perairan Bengkulu - Enggano, Perairan Barat Lampung, Samudra Hindia barat Bengkulu - Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan Selatan Banten, Perairan Garut - Pangandaran, hingga Samudra Hindia di barat daya Banten dan selatan Jawa Tengah.

Pada lapisan atmosfer yang lebih tinggi, 3000 kaki (sekitar 900-an meter), lanjut Dwikorita, kecepatan angin diperkirakan dapat mencapai hingga 35 knot (65 km/jam), kondisi ini menunjukkan potensi cuaca signifikan di wilayah sekitarnya.

"Bibit siklon 91S ini posisinya lebih dekat sehingga terus terang kami mengkhawatirkan itu makanya kami cek di lapangan. Biasanya yang terdampak duluan di Pelabuhan Ratu meningkatnya gelombang dan anginnya lebih kencang," ujarnya.***

Tag BMKG Bencana Hidrometeorologi Basah Bencana di Sukabumi Kepala BMKG Dwikorita

Terkini