BMKG Deteksi 2 Siklon Tropis di Indonesia, Apa Dampaknya?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi dua Bibit Siklon Tropis, yakni 97S dan 98S, yang saat ini aktif di dekat wilayah Indonesia.
Siklon tropis adalah badai besar yang terbentuk di atas lautan hangat dengan sistem angin yang berputar kencang di sekitar pusatnya.
Siklon ini merupakan sistem tekanan rendah non-frontal yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot (sekitar 63 km/jam).
Baca Juga: Dear Warga Jakarta! Sedia Payung Sebelum Hujan, Ini Prediksi Cuaca Hari Ini
Siklon tropis memiliki mata siklon di pusatnya yang dikelilingi oleh daerah dengan angin dan curah hujan tertinggi.
Ilustrasi hujan lebat akibat siklon tropis. [Meta AI]
Siklon ini biasanya terbentuk di jarak minimal sekitar 500 km dari khatulistiwa dan bisa bertahan hidup antara 3 hingga 18 hari sebelum melemah ketika bergerak ke perairan dingin atau daratan.
Baca Juga: Satoru Ingin Tim U-17 Wanita Indonesia "Fight" dan Sundulannya Bagus
Istilah siklon tropis ini juga dikenal dengan nama lain seperti badai tropis, typhoon, topan, cyclone, atau hurricane, tergantung wilayah dimana siklon itu terjadi.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan berdasarkan hasil monitoring Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta, pusat sistem bibit siklon 97S berposisi di sekitar 11.8°LS dan 120.8°BT, dengan kecepatan angin maksimum mencapai 25 knot (~ 46 km/jam) dan tekanan udara minimum di pusat sistem mencapai 1009 hPa.
“Namun demikian, bibit 97S berpotensi memberikan dampak secara tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan gelombang di perairan Indonesia,” kata Guswanto, dalam keterangan dikutip Minggu 16 November 2025.
Apa dampak siklon tropis?
Adapun dampak yang berpotensi ditimbulkan adalah hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat berpotensi terjadi di wilayah NTT.
Sementara potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Bali, dan NTB.
Potensi angin kencang secara umum dapat terjadi di wilayah NTT dan NTB serta dan cukup berdampak pada gelombang setinggi 1,25–2,5 meter (kategori sedang) di Samudra Hindia Selatan Jawa hingga NTT, Perairan selatan Jawa hingga NTT, Selat Bali bagian selatan hingga Selat Sumba bagian Barat, dan Laut Sawu hingga Minggu, 16 November 2025.
Di sisi lain, Bibit Siklon Tropis 98S juga terpantau sejak 15 November 2025 pukul 01.00 WIB di Samudra Hindia barat daya Bengkulu. Berdasarkan pemantauan terkini, pusat sistem 98S terletak di sekitar 8.2°LS dan 101.4°BT, memiliki kecepatan angin maksimum sekitar 20 knot (37 km/jam) dan tekanan minimum 1007 hPa di sekitar pusatnya.
Sama halnya dengan 97S, Bibit Siklon Tropis 98S juga berpotensi memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan perairan di Indonesia, khususnya berupa hujan dengan intensitas sedang – lebat di wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jabar; angin kencang di wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jabar bagian selatan.
Ilustrasi ombak tinggi. [Pexels]
Potensi gelombang setinggi 1,25–2,5 meter (kategori sedang) di Samudra Hindia barat Aceh hingga Bengkulu, Perairan barat Aceh hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, dan Samudra Hindia selatan Jabar; dan gelombang setinggi 2,5–4,0 meter (kategori tinggi) di Samudra Hindia barat Lampung dan Samudra Hindia selatan Jabar.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan meskipun kedua bibit siklon tropis tersebut saat ini masih berada pada kategori peluang rendah untuk mengalami peningkatan intensifikasi.
Masyarakat—khususnya nelayan, operator transportasi laut, serta pihak yang berkaitan dengan penanggulangan bencana—diimbau tetap waspada terhadap potensi peningkatan tinggi gelombang di perairan selatan Indonesia yang dapat dipengaruhi oleh keberadaan sistem ini.