Covid Melonjak di Negara Tetangga, DPR Imbau Masyarakat Tak Panik
Kesehatan

FTNews, Jakarta- Lonjakan kasus Covid-19 di negara tetangga seperti Singapura, Thailand dan Malaysia, belakangan kembali membuat panik masyarakat Indonesia.
Kepanikan muncul lantaran kasus di negara-negara tersebut melonjak cukup drastis secara tiba-tiba, padahal dunia baru saja memulai new normal hidup berdampingan dengan covid.
Merespons itu, anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta masyarakat tidak panik atas lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Singapura.
Baca Juga: Waspada! Muncul Varian Baru Covid dengan Lebih dari 30 Mutasi
“Kita enggak perlu panik. Apa yang sudah terjadi di negara tetangga bisa jadi analisa yang di negara tersebut adalah karena mungkin mengalami penurunan setelah terjadi dysfunction immune,"kata Rahmad dalam keterangannya, Selasa (5/12).
Namun, ia meminta masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Sebab, meski pandemi secara darurat sudah berakhir, bukan berarti sudah tidak ada.
Baca Juga: Jenazah Azyumardi Azra Pulang ke Indonesia Gunakan Pesawat Milik JK
"Berkaca dari apa namanya (lonjakan) Thailand maupun di Singapura ya kita justru kita untuk meningkatkan kewaspadaan. Kita pasang kuda-kuda jangan serta-merta bahwa Covid-19 sudah tidak ada,â€tandasnya.
Lebih lanjut, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan surveilans (praktik epidemiologi yang memantau penyebaran penyakit).
Agar nantinya pemerintah memiliki data yang kuat untuk memprediksi, mengamati dan meminimalisasi wabah, epidemi dan pandemi.
"Kepada pemerintah kita dorong untuk meningkatkan surveilans ya. Dengan meningkatkan surveilans itu kita punya data yang kuat. Manusia kita perkuat lagi di dari sisi meningkatkan surveilans. Dengan harapan warga masyarakat yang berkunjung ke fasilitas kesehatan itu ternyata ada tanda-tanda yang ada mengalami kenaikan Kita juga harus lebih waspada lagi," pungkasnya.
Kasus di negara tetangga
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mencatat sebanyak 22.094 kasus pada 19-25 November 2023. Angka ini meningkat dua kali lipat dari 10.726 kasus pada pekan sebelumnya.
MOH menyebut sebagian besar kasus disebabkan oleh subvarian Omicron EG.5 dan KH.3.
Kedua subvarian ini yang membuat kasus COVID-19 di Singapura melonjak. Bahkan dua subvarian tersebut mencakup lebih dari 70 persen kasus yang ditemukan.
Sementara di Negeri Jiran, Malaysia, kasus naik 57,3 persen dari 2.305 kasus per 12-18 November menjadi 3.626 per 19-25 November 2023.
Tentu saja, lonjakan kasus di dua negara ASEAN tersebut menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kementrian Kesehatan.