Di Tengah Isu Bali Sepi, Ni Luh Djelantik Sebut Pulau Dewata bagai Anak Ayam Kehilangan Induk
Anggota DPD RI asal Bali, Ni Luh Djelantik, menyoroti kondisi Bali yang dinilainya semakin memprihatinkan, terutama dari sisi kerusakan alam dan tata kelola pariwisata. Ia menyebut Bali kini seperti kehilangan arah di tengah berbagai persoalan yang terus menumpuk.
Sorotan tersebut muncul di tengah isu Bali yang mulai sepi dan ditinggalkan wisatawan, berbeda dengan citra Pulau Dewata yang selama ini dikenal dunia. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan masa depan Bali jika tidak segera dibenahi secara serius.
Bali Kehilangan Induk
Baca Juga: Ni Luh Djelantik Disomasi, BK DPD Langsung Bereaksi : Bali Harus Bangga dengan Sosoknya!
Dalam pernyataannya, Ni Luh Djelantik menggambarkan Bali “bagai anak ayam kehilangan induknya.” Ia mempertanyakan keberadaan para pemegang kebijakan saat Bali dinilainya terus dirampas tanpa perlindungan yang nyata.
Ia menilai masyarakat Bali saat ini pontang-panting bertahan hidup sembari tetap menjaga tradisi, budaya, dan adat yang telah diwariskan turun-temurun. Di sisi lain, kebijakan yang seharusnya melindungi justru dinilai belum berpihak sepenuhnya kepada rakyat.
Baca Juga: Kalah dari Malaysia, Pulau Langkawi Geser Bali Sebagai Pulau Terindah
“Bali macet, alam rusak, sampah berserakan,” tulis Ni Luh dalam pernyataannya yang bernada keras di media sosial pribadi.
Ni Luh yang juga dikenal aktivis Bali menegaskan kualitas pariwisata Bali terus mengalami kemunduran, sementara kesejahteraan warga masih jauh dari harapan.
Dalam media sosialnya, ia mengunggah ulang kiriman video warganya tentang pembangunan lift di tebing Nusa Penida dan kerusakan alam di sekitarnya.
Menurutnya, situasi tersebut tidak lepas dari pengelolaan yang tidak berimbang antara kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Ia menilai pembangunan yang tidak terkendali menjadi salah satu penyebab utama kerusakan yang kini dirasakan.
Ni Luh juga mengingatkan bahwa para pemegang kebijakan memiliki kuasa, anggaran, dan kewenangan penuh untuk menentukan arah Bali.
“Kalian yang menentukan kebijakan,” tegasnya dalam pernyataan tersebut.
Pemerintah dan Warga Bali Harus Duduk Bersama
Pembangunan Lift Kaca Di Nusa Penida. (Ig @Arsitekturpedia.id)
Ia menambahkan bahwa pemerintah juga memiliki ribuan aparatur yang bisa digerakkan untuk menjalankan pengabdian secara maksimal. Namun, potensi tersebut dinilai belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat dan lingkungan Bali.
Ni Luh menegaskan bahwa Bali memiliki pemasukan besar dari sektor pariwisata. Ia meminta agar seluruh pemasukan tersebut digunakan sepenuhnya untuk merawat dan menjaga Bali beserta masyarakatnya.
Ia menilai warga lokal merupakan ujung tombak dari setiap rupiah yang dihasilkan Bali. Karena itu, kesejahteraan masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan.
Ni Luh juga menyinggung bahwa berbagai masukan dan solusi sering kali justru dianggap sebagai ancaman oleh segelintir oknum. Padahal, menurutnya, kritik tersebut muncul karena kepedulian terhadap Bali yang perlahan dihancurkan.
“Kalau bernyali, ayo duduk bersama,” katanya, mengajak dialog terbuka sebelum semuanya terlambat.