Fakta Kasus Rahim Copot Viral: dr Gia Pratama Ungkap Kronologi Lengkap
Dalam kasus ini, kerusakan disebabkan oleh penanganan non-medis yang agresif saat proses melahirkan.
Menurut dr. Gia, rahim adalah organ vital yang tidak bisa sembarangan disentuh atau ditarik saat persalinan. Kesalahan sedikit saja bisa mengakibatkan pendarahan internal, infeksi, bahkan kematian.
Dampak Fisik dan Psikologis Pasien
dr. Gia Pratama di podcast. [YouTube Raditya Dika]Setelah operasi pengangkatan rahim, pasien dinyatakan selamat, tetapi harus menghadapi kenyataan pahit: tidak bisa lagi memiliki anak secara alami.
Selain luka fisik, trauma emosional yang ditanggung pasien juga berat. Banyak perempuan mengalami depresi pasca-histerektomi, terutama bila kehilangan rahim di usia muda.
Hal ini menunjukkan pentingnya pendampingan psikologis dan edukasi reproduksi bagi perempuan yang mengalami komplikasi serius seperti ini.
Peringatan dr. Gia: Jangan Percaya Dukun Beranak Tanpa Izin Medis
dr. Gia Pratama. [YouTube Raditya Dika]Dalam perbincangan dengan Raditya Dika, dr. Gia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap risiko persalinan tradisional.
Menurutnya, tidak semua dukun beranak memahami anatomi tubuh dan prosedur medis yang aman.
Ia menambahkan: “Kalau salah penanganan, nyawa ibu bisa jadi taruhannya. Rahim itu bukan sesuatu yang bisa ditarik begitu saja.”
Kasus ini menjadi momentum penting untuk memperkuat edukasi kesehatan reproduksi di Indonesia.
Kementerian Kesehatan terus mengimbau masyarakat agar melakukan persalinan di fasilitas kesehatan resmi (puskesmas, klinik, rumah sakit) dengan tenaga medis bersertifikat.
Selain menjamin keamanan ibu dan bayi, fasilitas medis juga mampu menangani komplikasi secara cepat bila terjadi keadaan darurat.