Fenomena Supermoon Hiasi Langit Malam 7 Oktober 2025, Apa Dampaknya?

Fenomena Supermoon pada 7 Oktober 2025, yang juga dikenal sebagai "Harvest Moon," adalah peristiwa ketika bulan purnama berada di titik terdekatnya dengan bumi (perigee).
Pada waktu ini, bulan terlihat 14 persen lebih besar dan lebih terang dari biasanya karena jaraknya yang hanya sekitar 361.458 kilometer dari bumi, dibandingkan jarak rata-rata 384.400 kilometer.
Puncak kecerahan supermoon ini terjadi pada pukul 10.47 WIB, meskipun waktu tersebut merupakan pagi hari di Indonesia, jadi pemandangan terbaik bisa dilihat pada malam sebelumnya atau malam setelahnya.
Baca Juga: KSP: Presiden Jokowi Perintahkan Aksi Pencegahan Korupsi Harus Lebih Berdampak
Fenomena ini menandai salah satu bulan purnama terang di musim gugur (musim panen) yang secara tradisional disebut Harvest Moon karena biasanya membantu aktivitas panen petani dengan cahayanya.
Fenomena supermoon. [Pexels]
Selain penyelarasan yang lebih terang, fenomena ini juga berhubungan dengan bulan dan matahari yang sejajar, mempengaruhi pasang surut air laut di berbagai posisi. Fenomena supermoon ini juga akan terjadi kembali pada tanggal 5 November dan 4 Desember 2025.
Baca Juga: Gerhana Matahari Total 8 April, Terjadi di Mana Saja?
Supermoon 7 Oktober 2025 menjadi fenomena langit yang menarik perhatian pengamat astronomi dan dapat disaksikan dengan mata telanjang di sebagian besar wilayah Indonesia saat malam hari.
Dampak Supermoon
Ilustrasi cuaca pasang saat supermoon. [Pexels]
Dampak Supermoon pada pasang surut dan cuaca lokal adalah sebagai berikut:
- Pasang surut laut meningkat: Supermoon menyebabkan gaya tarik gravitasi bulan yang lebih kuat sehingga meningkatkan amplitudo pasang surut. Pasang air laut bisa naik sekitar 5 cm lebih tinggi dari biasanya, yang jika bertepatan dengan pasang musim semi dapat menyebabkan pasang lebih ekstrem dan surut sangat rendah. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko banjir rob di daerah pesisir, terutama bila bersamaan dengan cuaca buruk atau intensitas hujan tinggi yang memperlambat aliran sungai ke laut.
- Risiko banjir rob dan gangguan pesisir: Peningkatan pasang akibat supermoon dapat menimbulkan banjir pesisir, merendam perikanan darat, petambak garam, dan kawasan pergudangan serta mengganggu akses transportasi di pelabuhan-pelabuhan pesisir.
- Dampak pada cuaca lokal dan atmosfer: Tarikan gravitasi bulan selama supermoon juga mempengaruhi pasang atmosfer yang berkontribusi pada variasi tekanan udara. Meskipun pengaruhnya relatif kecil dibandingkan dengan faktor cuaca lain, hal ini dapat mempengaruhi pola hujan dan tekanan lokal secara kecil-kecilan.
- Potensi hubungan dengan fenomena iklim seperti El Niño dan La Niña: Ada dugaan bahwa tarikan gravitasi bulan, termasuk supermoon, berpengaruh pada siklus gelombang laut dan arus laut yang dapat memperkuat atau memperlemah fenomena cuaca besar ini sehingga mempengaruhi cuaca global dan regional.
- Efek geologis: Beberapa penelitian menunjukkan mungkin ada sedikit peningkatan aktivitas seismik dan tekanan pada kerak bumi selama supermoon, meskipun efeknya kecil dan sulit diukur.
Secara keseluruhan, supermoon meningkatkan pasang surut laut yang dapat menyebabkan banjir pesisir sementara pengaruhnya pada cuaca lokal dan iklim masih dalam kajian, dengan efek yang cenderung minor namun menarik untuk diteliti lebih lanjut [1][2][3][4][8].