Gol Jadi Bencana! Donyell Malen Diserang Preman Young Boys, Stadion Langsung Chaos
Aston Villa mengakhiri pertarungannya 2-1 melawan Young Boys. Meski begitu tetap saja miris. Lantaran Donyell Malen si pencetak dua gol untuk Aston Villa harus menerima ganjaran dari pendukung fanatic Young Boys, berupa lemparan yang mengenai kepalanya yang menyebabkan luka gores.
Donyell Malen membuka skor untuk Aston Villa, tapi selebrasinya berubah jadi mimpi buruk. Begitu menghampiri sudut gawang untuk merayakan gol pembuka menit ke-27, bintang asal Belanda itu tiba-tiba dihujani gelas dan botol air yang dilempar sekelompok pendukung Young Boys yang bertindak brutal. Malen terlihat meringkuk sambil memegangi kepala, namun dengan mental baja ia tetap melanjutkan pertandingan.
Situasi makin liar. Bukannya tenang, tribune suporter Young Boys justru memanas hingga memicu aksi saling dorong, lemparan benda, dan perkelahian antarsuporter. Polisi pun harus turun tangan setelah beberapa penonton merobek kursi stadion dan melemparkannya ke arah barisan depan. TNT Sports bahkan memilih tidak menayangkan kericuhan itu karena situasinya semakin tak terkendali.
Donyell Malen [Foto: IG Aston Villa]Meski diserang untuk kedua kalinya saat selebrasi gol menit ke-42, Malen tetap tampil garang dan fokus — namun di tribun, amarah suporter Young Boys justru semakin membara. Upaya kapten Loris Benito dan Jaouen Hadjam untuk menenangkan massa tak banyak membantu, karena kekacauan sudah telanjur meledak dan memaksa aparat untuk mengamankan para pelaku yang paling agresif.
Meski suasana di lapangan tetap terkendali, energi panas dari tribun terasa menjalar hingga para pemain di pinggir lapangan. Petugas keamanan bergerak cepat menutup area yang paling rawan untuk mencegah lemparan lebih lanjut, sementara beberapa suporter yang dianggap paling agresif langsung diamankan. Staf Aston Villa juga memberi instruksi agar para pemain menjauh dari sudut gawang yang menjadi titik kericuhan.
Upaya meredam situasi tidak mudah. Beberapa pendukung Young Boys yang masih terpancing emosi terus berteriak dan mendorong polisi, sementara sebagian lain melampiaskan kekesalan dengan merusak kursi stadion.
Bagian tribun itu berubah menjadi zona rawan, membuat aparat harus membentuk barikade untuk memisahkan kelompok yang tidak terkendali. Kericuhan yang semakin besar inilah yang membuat penyiar pertandingan memilih menahan penayangan agar tidak memperlihatkan kekacauan secara langsung kepada pemirsa.
Sumber Foto XKapten Young Boys Benito dan Bek Hadjam Menenangkan Pendukungnya
Di tengah suasana tak menentu itu, momen ketika Kapten Young Boys Loris Benito serta bek Jaouen Hadjam mencoba menenangkan para pendukung sempat mencuri perhatian. Keduanya mendekati tribun dengan gestur meredakan amarah, namun emosi para suporter yang sudah memuncak membuat usaha itu tak banyak memberi dampak.
Polisi tetap harus bekerja ekstra untuk menahan potensi ledakan kerusuhan yang lebih besar, sementara pertandingan berlangsung dengan ketegangan yang tidak benar-benar mereda hingga peluit babak pertama berakhir.
Malen Jadi Superstar
Meski didera kekacauan, Aston Villa tetap berhasil mengendalikan permainan. Malen membuktikan ketangguhannya dengan menuntaskan dua gol, menunjukkan profesionalisme di tengah kondisi yang tidak ideal. Namun, insiden ini menjadi peringatan keras tentang potensi kekerasan suporter dalam pertandingan besar dan perlunya langkah keamanan yang lebih tegas di stadion-stadion Eropa.
Kejadian ini juga meninggalkan tanda tanya besar: bagaimana klub, pihak keamanan, dan penyelenggara Liga Europa bisa memastikan keselamatan pemain dan penonton di masa depan? Satu hal jelas — malam itu bukan hanya soal gol, tapi juga soal risiko nyata yang bisa muncul dari tribun yang tak terkendali.
Para Ultras Young Boys Kerap Membuat Kekacauan
Dilansir Daily Mail, para ultras Young Boys telah mengembangkan reputasi sebagai biang keladi kekacauan, dengan berbagai insiden yang dipicu selama bertahun-tahun.
Pada bulan September, mereka dilaporkan menyerang polisi di sebuah kantor polisi di Aarau, Swiss, setelah pertandingan domestik.
Lima penggemar harus dibawa ke rumah sakit malam itu setelah terbakar oleh kembang api mereka sendiri.
Pada bulan Oktober, para ultras yang marah menyerbu lapangan untuk menghadapi para pemain setelah kekalahan 2-1 dari St. Gallen - hanya beberapa hari setelah dibantai 5-0 oleh Lausanne.
Mereka telah memenangkan enam dari delapan gelar liga Swiss terakhir tetapi finis di posisi ketiga musim lalu.
Sumber: Daily Mail