Google Sampaikan Kebenaran soal Kegaduhan Rupiah Menguat ke Rp8.170 per USD
Nasional

Usai bikin heboh di berbagai media sosial yang menyebut kurs dolar jatuh tajam terhadap mata uang rupiah menjadi Rp 8 ribu per 1 dolar Amerika Serikat (AS).
Akhirnya Google Indonesia buka suara setelah adanya kesalahan informasi nilai tukar mata uang yang tersedia secara real-time.
"Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search," terang Google Indonesia dalam keterangannya, Sabtu (1/2/2025).
Baca Juga: Pengedar Dolar AS Palsu Ditangkap, Begini Kronologinya
Google mengklaim, data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga.
"Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin," terang Google.
Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha menilai, tidak akuratnya informasi pada Google atau berbeda dari sumber resmi lainnya menjadi perbincangan hangat netizen Indonesia di berbagai platform media sosial.
Baca Juga: TikTok Geser Google Jadi Situs Web Terpopuler 2021
Ada juga netizen yang salah kaprah dan menganggap bahwa bahwa Google mengambil nilai kurs dari waktu yang salah karena membaca timestamp kurs adalah 1 Februari 2009 dan menganggap bahwa data kurs diambil dari data 2009.
"Padahal yang tertulis secara lengkap di website Google adalah "01 Feb, 09.17 UTC", jadi 09 di sini bukanlah tahun tapi adalah waktu terakhir google melakukan update kurs atau jam 16.17 WIB," terangnnya, Sabtu (1/2/2025).
Tim CISSReC juga mencoba dengan kombinasi beberapa mata uang lain di google dan dibandingan dengan situs xe.com.
Ternyata hampir seluruh nilai tukar mata uang sesuai kecuali untuk nilai tukar USD ke IDR. Di mana menurut situs xe.com, nilai tukar 1 USD adalah Rp16.304,69 yang diambil datanya pada pukul 20.49 WIB.
"Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar. Seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber. Jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan," ujarnya.
Selain itu, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing. Perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan.
Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama.
"Kesalahan input juga dapat menjadi kemungkinan penyebab lain dari ketidakakuratan kurs yang ditampilkan. Dalam sistem berbasis data, manusia tetap memiliki peran dalam memasukkan dan memperbarui informasi. Typo atau kesalahan manusiawi dalam menginput angka dapat menyebabkan kurs yang ditampilkan jauh dari nilai sebenarnya, terutama jika data tersebut tidak melewati proses verifikasi otomatis yang ketat," katanya.
Di sisi lain, kemungkinan yang lebih serius namun jarang terjadi adalah manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan.
Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin terjadi upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial.
"Dalam skenario ekstrem, manipulasi data kurs ini bisa digunakan sebagai bagian dari strategi spekulasi atau disinformasi untuk mengacaukan pasar," ujarnya.
Untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, disarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi.
Mengecek kurs rupiah dari sumber resmi seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan besar, atau layanan keuangan terpercaya seperti Bloomberg, Reuters, dan OANDA akan memberikan gambaran yang lebih akurat dan dapat diandalkan.
Di tengah ketidakpastian digital, kehati-hatian dalam memverifikasi informasi adalah langkah penting dalam pengambilan keputusan finansial yang lebih baik.
"Kesalahan dalam menampilkan kurs nilai tukar rupiah yang terjadi di Google bukan hanya sekadar masalah teknis semata, tetapi juga menimbulkan dampak yang lebih luas, terutama karena lambannya perbaikan terhadap informasi yang salah tersebut."
"Dalam ekosistem digital global, Google telah menjadi acuan utama bagi banyak orang dalam mencari informasi finansial, termasuk kurs mata uang. Ketika data yang ditampilkan tidak akurat dan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa koreksi, hal ini dapat menimbulkan kebingungan, keresahan, bahkan kegaduhan di tengah masyarakat," terangnya.