Heboh Sepasang Pendaki Gunung di Jawa Barat Gancet hingga Meninggal, Apa Penjelasan Medisnya?
Cerita sepasang pendaki meninggal dunia dalam posisi gancet di sebuah gunung di Jawa Barat menjadi pembicaraan di dunia maya. Keduanya sempat di outopsi dan tidak bisa dilepas sehingga terpaksa harus dipotong pada bagian kemaluan laki-laki.
Kisah ini pertama viral dalam podcast yang diunggah di Youtube Denny Sumargo pada 16 Oktober 2025. Denny mengundang saksi mata seorang wanita bernama Hilya atas kejadian tersebut.
Kronologi Kejadian yang Disaksikan Hilya
Baca Juga: Gara-Gara Dracin, Rumah Tangga Clara Shinta Goyah
Denny Sumargo. (Youtube)Menurut Hilya, ia adalah orang pertama yang menemukan pasangan tersebut meninggal dunia dalam tenda dengan kondisi tidak biasa. Setelah kejadian itu, ia juga dimintai keterangan dalam proses autopsi di rumah sakit.
Dalam penuturannya, Hilya mengatakan bahwa alat kelamin pasangan tersebut tidak bisa dipisahkan meski sudah berada di rumah sakit. Akhirnya, tim medis harus melakukan pemotongan pada alat kelamin pria agar keduanya dapat dipisahkan.
Hasil autopsi menunjukkan bahwa otot vagina korban perempuan mengalami kram hebat. Kondisi itu menyebabkan alat kelamin pria yang masih berada di dalam tubuh wanita ikut terjepit dan tidak bisa dilepaskan.
Baca Juga: Ahmad Dhani Klarifikasi Isu Selingkuh: “Saya Nikah 3 Tahun Setelah Cerai dari Maia
Secara medis, dokter menjelaskan bahwa kejadian itu dikenal sebagai penis captivus atau kondisi ketika otot vagina menguncup sangat kuat hingga menahan penis di dalamnya. Pembengkakan dan kejang otot membuat pasangan tersebut tidak dapat melepaskan diri satu sama lain.
Menurut Hilya, posisi laki-laki yang berada di bawah turut memperburuk situasi. Ketika kram terjadi, aliran darah dan tekanan di area genital meningkat, hingga menyebabkan pembuluh darah pecah dan berujung fatal bagi keduanya.
Sebelum kejadian nahas itu, Hilya sempat bertemu dengan pasangan tersebut saat perjalanan menuju pos 4. Ia melihat pendaki perempuan terlihat sangat lelah dan meminta turun, namun sang kekasih bersikeras melanjutkan pendakian.
Pendaki wanita sempat menangis dan menunjukkan tanda-tanda kelelahan ekstrem di pos tersebut. Hilya menyarankan agar mereka beristirahat dulu, tetapi sang pria tetap memaksa melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Sesampainya di pos berikutnya, pendaki perempuan mulai bertingkah aneh dan bahkan sempat pingsan. Hilya sempat mengira korban mengalami kesurupan karena tertawa melengking dengan suara yang tidak biasa.
Rombongan Hilya kemudian meninggalkan pasangan tersebut setelah berhasil menenangkan situasi. Namun malam harinya, sekitar pukul 23.00 WIB, mereka mendengar suara desahan samar dari arah tenda pasangan itu tanpa menyangka bahwa kejadian tragis sedang berlangsung.
Keesokan paginya, pasangan tersebut ditemukan tak bernyawa di dalam tenda dalam keadaan saling melekat. Tragedi ini menjadi peringatan bagi pendaki lain agar selalu menjaga etika, kesehatan, dan keselamatan selama berada di alam bebas.
Keterangan Medis Terkait Gancet
Hilya Di Podcast Denny Sumargo. (Youtube)Gancet adalah kondisi medis langka yang terjadi saat alat kelamin pria terjebak di dalam vagina wanita dan tidak bisa dilepaskan setelah berhubungan intim. Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal sebagai penis captivus dan disebabkan oleh kontraksi otot vagina yang sangat kuat.
Selama hubungan intim, aliran darah mengalir ke penis hingga terjadi ereksi, sementara dinding vagina mengendur dan terlumasi. Namun, dinding vagina yang terdiri dari jaringan otot dapat berkontraksi kuat saat orgasme, dan dalam kasus tertentu menyebabkan penis sulit dikeluarkan.
Biasanya, kondisi ini akan membaik ketika otot vagina mulai mengendur dan darah dari penis kembali mengalir keluar. Saat kedua organ sudah rileks, penis dan vagina dapat terpisah dengan sendirinya tanpa memerlukan tindakan medis.
Selain akibat kontraksi orgasme, gancet juga bisa dipicu oleh vaginismus, yaitu kondisi ketika vagina menutup secara tidak sadar akibat kejang otot dasar panggul. Jika kondisi ini terjadi, penting untuk tetap tenang dan tidak memaksa organ untuk terpisah, karena tindakan itu justru dapat menyebabkan cedera pada kedua pihak.