Kalender Jawa Weton 15 Mei 2025 Jatuh Kamis Pahing, Berikut Karakteristik Watak dan Arah Peruntungannya
Beauty
.jpeg)
Kalender Jawa weton masih menjadi tradisi kepercayaan yang menggabungkan aspek astrologi, spiritual, dan sosial untuk menentukan nasib, karakter, dan hari baik seseorang.
Kalender Jawa weton untuk tanggal 15 Mei 2025 jatuh pada hari Kamis Pahing dengan penanggalan Jawa 17 Sela 1958 Ja dan kalender Hijriah 17 Dzulqaidah 1446 H.
Neptu Kamis Pahing adalah 17, yang merupakan jumlah dari nilai Kamis (8) dan Pahing (9).
Baca Juga: Weton Kalender Jawa September 2025: Cek Hari Baik & Kurang Baik Sebelum Ambil Keputusan
Karakteristik orang yang lahir pada weton Kamis Pahing antara lain baik hati, lembut, suka berkompromi, rajin, pekerja keras, cerdas, dan pandai berbicara. Namun, mereka juga cenderung mudah curiga dan sombong.
Weton ini dianggap baik untuk memulai usaha di bidang pertanian dan cocok untuk profesi seperti akuntan, guru, atau dokter.
Jadi, weton 15 Mei 2025 adalah Kamis Pahing dengan neptu 17 dan memiliki makna penting dalam budaya Jawa untuk menentukan hari baik dan sifat seseorang.
Baca Juga: Kalender Jawa Weton Sabtu 23 Agustus 2025: Jangan Tebang Pohon!
Arah Peruntungan Kamis Pahing
Arah peruntungan atau keberuntungan untuk weton Kamis Pahing menurut Primbon Jawa umumnya berada di dua arah, yaitu:
- Timur (Sandang), yang melambangkan keberuntungan dalam hal pakaian, mode, atau industri terkait sandang.
- Barat (Pangan), yang melambangkan rezeki dalam hal makanan atau kebutuhan pokok.
Selain itu, ada juga sumber yang menyebutkan arah keberuntungan Kamis Pahing di Utara dan Barat, khususnya untuk karier atau kejayaan.
Singkatnya, fokus keberuntungan Kamis Pahing paling kuat di arah Timur dan Barat, dengan tambahan Utara sebagai arah kejayaan menurut beberapa primbon. Disarankan untuk memanfaatkan arah-arah ini dalam usaha, pekerjaan, atau perjalanan untuk mendapatkan hasil maksimal.
Berikut pantangan bagi pemilik weton Kamis Pahing menurut primbon Jawa:
- Hindari melakukan kegiatan penting atau perjalanan jauh pada hari **Kamis Kliwon dan Jumat Legi, karena dianggap hari yang kurang baik bagi Kamis Pahing.
- Jangan melakukan aktivitas ke arah **bawah (selatan)**, seperti membuat sumur, karena dianggap membawa sial.
- Hindari makan daging sapi, ikan hiu, dan udang saat bulan Suro atau saat ritual tertentu.
- Jangan mengkhianati atau menyakiti orang yang lahir Kamis Pahing, karena mereka bisa sangat marah jika dikhianati.
- Hindari perjalanan ke arah tenggara karena itu arah pantangan bagi Kamis Pahing, terutama saat memasuki bulan tertentu seperti Jumadil Akhir.
- Dalam hal jodoh, disarankan tidak menikah dengan yang berweton Kamis Wage karena pantangan neptu.
Secara umum, pemilik weton Kamis Pahing disarankan berhati-hati dalam memilih hari, arah, dan jenis aktivitas agar terhindar dari hal-hal kurang baik.
Asal Mula Kalender Jawa Weton
Kalender Jawa, termasuk sistem weton, berasal dari masa Kesultanan Mataram dan diciptakan oleh Sultan Agung (1613–1645). Kalender ini merupakan perpaduan antara kalender Saka (berbasis matahari) dan kalender Hijriah (berbasis bulan), sehingga perayaan adat dan hari besar Islam bisa diselaraskan.
Sistem weton sendiri adalah kombinasi siklus mingguan (7 hari: Ahad sampai Sabtu) dan siklus pasaran (5 hari: Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon), yang menghasilkan siklus 35 hari. Weton digunakan untuk menentukan hari baik, karakter seseorang, dan berbagai keperluan adat.
Kalender Jawa dan weton merupakan hasil pengaruh budaya Hindu-Buddha yang kemudian disesuaikan dengan masuknya Islam di Jawa, serta pengaruh budaya lokal Jawa kuno. Sultan Agung mengeluarkan dekrit untuk mengganti kalender Saka dengan kalender Jawa yang mengadopsi sistem lunar Islam namun tetap mempertahankan penomoran tahun Saka demi kesinambungan budaya.
Singkatnya, kalender Jawa weton lahir dari usaha Sultan Agung memadukan berbagai sistem penanggalan untuk kebutuhan adat dan agama di Kesultanan Mataram, dan hingga kini masih digunakan dalam budaya Jawa sebagai penanda waktu dan karakteristik manusia.
Perlu diingat, keyakinan ini bersifat tradisi dan sebaiknya diimbangi dengan usaha nyata serta perencanaan keuangan yang matang, tetap berbuat baik dan tetap berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.