Kebut Cukai Minuman Berpemanis Selamatkan Indonesia Emas dari Diabetes

Kesehatan

Kamis, 07 Maret 2024 | 00:00 WIB
Kebut Cukai Minuman Berpemanis Selamatkan Indonesia Emas dari Diabetes

FTNews - Minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) bak candu. Data menunjukkan masyarakat Indonesia setiap hari mengonsumsinya. Bahkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2022 mengungkap rumah tangga di Indonesia diperkirakan mengeluarkan Rp 90 triliun untuk MBDK.

rb-1

Nilai pengeluaran masyarakat ini tumbuh 9 persen dari estimasi nilai belanja nasional MBDK tahun 2017.

Hal itu Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono sampaikan saat acara Diseminasi Riset: Dampak Kesehatan dan Ekonomi Cukai Minuman Berpemanis dalam Kemasan terhadap Beban Diabetes Tipe 2 di Indonesia.

Baca Juga: Siskaeee Kapok Main Film Porno Usai Divonis 1 Tahun Penjara

rb-3

Dante dalam pembukaan acara garapan CISDI ini, Kamis (7/3) menyebut, berdasarkan data International Diabetes Federation tahun 2011, Indonesia masuk dalam lima teratas negara dengan kasus diabetes tertinggi. Empat teratas China, India, Pakistan dan Amerika Serikat.

"Saat ini 19,5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Diprediksi akan terus meningkat menjadi 28,5 juta penderita pada tahun 2045," katanya.

Penderita diabetes mengecek kadar gula darah. Foto: Ciputra Hospital

Baca Juga: Mengejutkan! Meta akan Blokir Konten Berita di Australia

Risiko PTM

Anggota Panel Ahli Dokter Kepresidenan sejak tahun 2014 hingga saat ini tersebut berpandangan salah satu penyebabnya pesatnya angka kasus karena meningkatnya konsumsi MBDK.

Menurutnya, MBDK telah terbukti meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya.

Berkaca kondisi itu, menguat rencana pemberlakukan cukai MBDK yang pemerintah gadang akan berlaku tahun 2024.

Dante menilai, hal tersebut menjadi salah satu strategi efektif mengurangi risiko PTM dan beban biaya kesehatan karena penyakit diabetes.

"Berharap ada komitmen bersama mendukung kebijakan cukai MBDK 2024. Agar bisa segera ditindak lanjuti dari berbagai sektor dan mitra. Sehingga membawa perubahan positif kesehatan masyarakat jangka panjang," paparnya.

Masa depan anak Indonesia menuju Indonesia Emas dengan bebas diabetes. Foto: Freepik

Ancam Indonesia Emas

Menanggapi pesatnya kasus diabetes di Indonesia karena kontribusi MBDK, Founder dan CEO Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) Diah Satyani Saminarsih juga sepakat pemberlakukan cukai MBDK.

Diah dalam acara itu menyebut, peningkatan kasus diabetes dari tahun ke tahun juga berjalan beriringan dengan peningkatan konsumsi minuman berpemanis. Hampir 15 kali lipat dalam satu dekade terakhir.

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, hampir 60 persen penduduk Indonesia mengonsumsi minuman berpemanis satu kali dalam sehari.

"Di samping rasanya yang harus diakui enak membuat orang ingin konsumsi terus menerus. Peredaran luas dan keterjangkauan ekonomi karena harganya yang murah membuat minuman berpemanis dalam kemasan yang beredar luas di masyarakat," tuturnya.

Diseminasi yang juga tayang di YouTube CISDI ini, Diah tegas menyatakan, perlunya kontrol konsumsi MBDK dan risiko terkena diabetes.

"Perlu kebijakan pengendalian pangan kuat untuk mencapai Indonesia Emas 2045," tandasnya.

CISDI lanjutnya yakin pemberlakuan cukai MBK akan berkontribusi menurunkan angka PTM di Indonesia. Mewujudkan generasi muda yang sehat berkualitas dan kompetitif.

Tag Lifestyle Headline Kesehatan Cukai Diabetes Indonesia Emas Penyakit Tidak Menular minuman berpemanis

Terkini