Mobile Ad
Budi Arie: AI Harus Berpusat pada Manusia dan Kemanusiaan

Jumat, 07 Jun 2024

FTNews - Dengan berkembangnya teknologi artificial intelligence (AI) dengan sangat pesat, banyak juga negara-negara yang berlomba-lomba untuk mengadopsi teknologi tersebut. Salah satunya, Indonesia, yang mana Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi selalu tegaskan.

“Minggu lalu, saya baru dari Swiss. Kita sama-sama mengkampanyekan AI yang pro people and humanity, pro manusia dan kemanusiaan,” ucapnya dalam Peringatan Hari Ulang Tahun ke-10 IDN Times: Explore IDN Times, Jakarta Selatan, Kamis (6/6).

Kampanye AI yang berpusat pada manusia dan kemanusiaan merupakan inisiatif untuk mendorong pemanfaatan dan pengembangan teknologi AI. Dengan mempertimbangkan kesejahteraan manusia, nilai-nilai kemanusiaan, dan hak asasi manusia.

Budi Arie pun terus terbuka dengan permasalahan yang timbul dari teknologi AI. Di mana, meningkatnya bias informasi dan juga penyalahgunaannya.

Oleh sebab itu, ia mengajak media-media yang berada di Indonesia untuk mengadopsi teknologi anyar ini untuk meningkatkan produktivitas. “Karena ini eranya AI, artificial intelligence. Di era digitalisasi saat ini media harus mampu menjawab tantangan yang ada,” ujarnya.

Menurut Menkominfo, penerapan teknologi AI dapat membawa dampak perubahan yang begitu besar terhadap berbagai sendi kehidupan manusia. Tidak hanya mengadopsi teknologi AI saja, namun media juga berperan untuk mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan AI.

“Di era digital, media harus mampu menjawab tantangan dan peluang baru. Serta, memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat bagi masyarakat.

Tingkat Kepercayaan Masih Rendah


Ilustrasi AI. Foto: canva

Sebelumnya, Menteri Budi Arie mengatakan bahwa penggunaan AI harus berpusat pada manusia dan kemanusiaan. Ada alasan mengapa hal tersebut menjadi landasan dalam penggunaan AI.

Pada bulan April 2024, perusahaan teknologi Microsoft melakukan sebuah survei terkait kecemasan manusia dengan teknologi AI. Mereka mewawancarai 16.795 orang yang berasal dari 17 negara yang berbeda.

Hasilnya, sebanyak 87 persen atau sekitar 14.600 orang masih tidak percaya dengan teknologi AI generatif. Di mana, 71 persen partisipan merasa potensi penipuan menggunakan teknologi AI menjadi kekhawatiran terbesarnya.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sebuah kasus di mana terdapat 4.000 konten tidak senonoh dari figur-figur publik. Di mana, pelecehan ini menggunakan teknologi deepfake yang dapat membuat foto atau video yang mirip dengan seseorang.

Bahkan, musisi asal Amerika Serikat, Taylor Swift juga telah menjadi korban dari teknologi ini. Di mana, sebuah foto bugil palsunya tersebar di media sosial X yang membuat geger para netizen. Bahkan, X sampai memblokir kata pencarian “Taylor Swift” di platformnya untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement