Mobile Ad
Dugaan Korupsi PT Krakatau Steel, Kejagung Periksa Dirut PT Amythas

Rabu, 13 Apr 2022

Forumterkininews.id, Jakarta -Penyidik tindak pidana khusus Kejaksaan Agung (Kejagung) telah melakukan pemeriksaan terhadap Direktur Utama (Dirut) PT Amythas, Erie Heryadi, terkait perkara dugaan korupsi proyek pembangunan Pabrik Blast Furnance oleh PT Krakatau Steel pada 2011.

Selain itu, tim penyidik Kejagung memeriksa Robby Januar Firmansyah selaku Ketua Koperasi Eka Cipta dengan periode 2018 sampai sekarang.

"Mereka diperiksa terkait dugaan tindak pidana korupsi pada proyek pembangunan Pabrik Blast Furnace oleh PT Krakatau Steel pada tahun 2011," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Ketut Sumedana dalam keterangannya, Rabu (13/4).

Ia mengatakan, pemeriksaan sejumlah saksi untuk memperkuat pembuktian dan melengkapi pemberkasan dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi pada proyek pembangunan Pabrik Blast Furnance oleh PT Krakatau Steel pada 2011.

Sebelumnya pada Kamis (24/2) lalu, Jaksa Agung ST Burhanuddin menyampaikan, pada awalnya proyek pembangunan pabrik Blast Furnace (BFC) tersebut dilaksanakan oleh Konsorsium MCC CERI (asal China) dan PT Krakatau Engineering sesuai hasil lelang tanggal 31 Maret 2011 dengan nilai kontrak setelah mengalami perubahan adalah Rp 6,92 triliun.

Kontrak tersebut telah dibayarkan ke pihak pemenang lelang senilai Rp 5,3 triliun, namun demikian pekerjaan kemudian dihentikan pada 19 Desember 2019. Padahal, pekerjaan belum 100 persen dan setelah dilakukan uji coba operasi biaya produksi lebih besar dari harga baja di pasar.

Selain itu, pekerjaan sampai saat ini belum diserahterimakan dengan kondisi tidak dapat beroperasi lagi. PT Krakatau Steel membangun Pabrik Blast Furnance (BFC) dengan menggunakan bahan bakar batubara agar biaya produksi lebih murah.

Pembangunan proyek tersebut menggunakan bahan bakar gas sehingga memerlukan biaya yang lebih mahal. Menurut Supardi, pabrik peleburan tersebut tidak bisa dioperasikan, karena akan mengeluarkan biaya tinggi.

 

"Tidak bisa beroperasi, kalau dipakai high cost tidak bisa bersaing," ujar Supardi.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement