FTNews - Pergaulan Generasi Z membuat mereka kecanduan mengisap vape. Padahal kebiasaan ini memberikan dampak negatif bagi tubuh. Pakar asal Inggris ungkapkan efek negatif vape bagi Gen Z bisa membuat kulit pucat dan terlihat tua.
Gen Z sendiri merupakan kelompok usia yang lahir antara 1997 hingga 2012. Menurut riset Universitas Indonesia 2023 mengungkapkan 36,7 persen responden mahasiswa Gen Z mengaku pernah menggunakan vape, sementara 17,2% responden menggunakan vape secara rutin.
Potensi penyakit yang timbul dari efek negatif vape bersumber dari bahan kimia berbahaya dari liquid (cairan perasa), antara lain nikotin, formaldehida, akrolein, diacetyl.
Ilustrasi efek vape. Foto: NY Post
Anggota British Association of Dermatologists Dr. Bav Shergill mengatakan daya tarik vape terletak pada klaimnya yang memiliki sedikit efek samping. Padahal, menurut Shergill dua hal ini sama berbahaya.
“Ya, ada hal-hal tertentu dalam asap rokok yang dapat merusak kulit Anda, tapi nikotin adalah masalah besar, ini adalah obat adiktif yang berdampak buruk pada kulit,†kata Shergill kepada Daily Mail.
Nikotin pada efek negatif vape dapat dikaitan dengan segala jenis masalah kulit. "Hal ini terkait dengan jerawat, psoriasis, dan berjerawat,†lanjut Shergill.
Bahan kimia beracun dalam vape dapat memicu sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan peradangan kronis. “Saat tubuh Anda mulai meradang, suplai darah mulai meningkat, sehingga Anda menjadi bercak dan merah,†ujar Shergill.
Struktur senyawa nikotin. Foto: Very Well Health
Merupakan zat adiktif yang dapat merusak DNA dan meningkatkan risiko kanker paru-paru, pankreas, dan kanker lainnya. Nikotin juga menimbulkan efek senang sementara pada otak. Meski demikian menyebabkan ketergantungan.
Merupakan zat karsinogen yang diketahui dapat menyebabkan kanker paru-paru, hidung, dan tenggorokan.
Akrolein merupakan karsinogen yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan risiko kanker paru-paru. Zat ini juga menjadi sumber efek negatif vape.
Diacetyl adalah bahan kimia yang terkait dengan penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan bronkiolitis obliterans, yang merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.Â
Gen Z sendiri merupakan kelompok usia yang lahir antara 1997 hingga 2012. Menurut riset Universitas Indonesia 2023 mengungkapkan 36,7 persen responden mahasiswa Gen Z mengaku pernah menggunakan vape, sementara 17,2% responden menggunakan vape secara rutin.
Potensi penyakit yang timbul dari efek negatif vape bersumber dari bahan kimia berbahaya dari liquid (cairan perasa), antara lain nikotin, formaldehida, akrolein, diacetyl.
Ilustrasi efek vape. Foto: NY Post
Masalah Kulit
Anggota British Association of Dermatologists Dr. Bav Shergill mengatakan daya tarik vape terletak pada klaimnya yang memiliki sedikit efek samping. Padahal, menurut Shergill dua hal ini sama berbahaya.
“Ya, ada hal-hal tertentu dalam asap rokok yang dapat merusak kulit Anda, tapi nikotin adalah masalah besar, ini adalah obat adiktif yang berdampak buruk pada kulit,†kata Shergill kepada Daily Mail.
Nikotin pada efek negatif vape dapat dikaitan dengan segala jenis masalah kulit. "Hal ini terkait dengan jerawat, psoriasis, dan berjerawat,†lanjut Shergill.
Bahan kimia beracun dalam vape dapat memicu sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan peradangan kronis. “Saat tubuh Anda mulai meradang, suplai darah mulai meningkat, sehingga Anda menjadi bercak dan merah,†ujar Shergill.
Struktur senyawa nikotin. Foto: Very Well Health
Bahan Kimia Sumber Efek Negatif Vape
NikotinÂ
Merupakan zat adiktif yang dapat merusak DNA dan meningkatkan risiko kanker paru-paru, pankreas, dan kanker lainnya. Nikotin juga menimbulkan efek senang sementara pada otak. Meski demikian menyebabkan ketergantungan.
Formaldehida
Merupakan zat karsinogen yang diketahui dapat menyebabkan kanker paru-paru, hidung, dan tenggorokan.
Akrolein
Akrolein merupakan karsinogen yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan risiko kanker paru-paru. Zat ini juga menjadi sumber efek negatif vape.
Diacetyl
Diacetyl adalah bahan kimia yang terkait dengan penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK) dan bronkiolitis obliterans, yang merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.Â