Mobile Ad
Pengendalian DBD, Salah Satunya Teknik Serangga Mandul

Selasa, 14 Mei 2024

FTNews - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjabarkan sejumlah langkah yang perlu ditempuh untuk mengendalikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satunya dengan teknik serangga mandul (TSM).

DBD merupakan salah satu permasalahan kesehatan dunia. Terutama di negara-negara tropis dengan vektor utamanya Aedes aegypti. Spesies ini populer karena selain dengue, dia juga mentransmit beberapa penyakit lain seperti chikungunya, yellow fever dan zika.

Di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Pulau Jawa. Situasi hingga saat ini masih fluktuatif, meski sudah dilakukan pengendalian vector dengan berbagai cara atau metode.

Peneliti Ahli Muda, Kelompok Riset Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis pada Manusia Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, BRIN, Beni Ernawan mengungkapkan, secara prinsip sebenarnya ada dua cara mengendalikan dengue.

Pertama desain vaksin atau obat, kemudian dengan pengendalian vektor atau nyamuk. Untuk vaksinasi saat ini mungkin sudah beberapa kandidat vaksin namun masih dalam tahap uji-uji efikasi dan belum digunakan secara luas. Sehingga pengendalian vektor atau nyamuk ini masih merupakan hal yang sangat penting.

Menurutnya, pengendalian dengue mengacu pada stranas pengendalian dengue tahun 2021-2025. Banyak metode yang harus bersinergi mulai dari manajemen survilens kemudian pelibatan masyarakat, manajemen vektor, dan akses tata laksana denguenya.

"Komitmen dari semua stakeholder. Tentunya kami sebagai peneliti harus berkontribusi tentang pengembangan kajian metode yang efektif dalam mengendalikan dengue salah satunya yaitu pengendalian teknik serangga mandul (TSM)," kata Beni baru-baru ini.

DBD Ilustrasi Nyamuk DBD. Foto: Antara

Teknik Serangga Mandul di Amerika


Beni menjelaskan, bahwa Peneliti dari Amerika yang terkenal yaitu Edward F. Knipling merupakan pioner dari teknik pengendalian serangga mandul ini. Teknik ini sudah terimplementasi sejak tahun 50-an di Benua Amerika. Kala itu untuk mengeleminasi parasit ternak Cochliomyia hominivorax dengan merilis atau melepaskan jantan mandul.

Menurutnya, hal Ini merupakan debut dari keberhasilan TSM atau Sterile Insect Technique (SIT) pengendalian parasit ternak. Kemudian pengendalian untuk lalat buah di Jepang di Pulau Okinawa, selanjutnya lalat Tse-tse Glossina austeni di Tanzania Afrika.

"Secara prinsip sebenarnya SIT atau TSM ini relatif mudah. Akan tetapi hal ini merupakan rangkaian tahapan pekerjaannya banyak," imbuhnya.

Pertama serangga itu harus direaring atau dipelihara secara massal di fasilitas tertentu. Kemudian dipisahkan jantan dan betinanya. Lalu jantannya peneliti mandulkan dengan energi pengion bisa dari gamma, x-ray atau yang lain.

Selanjutnya jantan itu peneliti bawa dan transportasikan ke area yang akan dituju. Sehingga jantan mandul tadi akan kawin dengan betina yang ada di alam.

Hasil perkawinan tersebut, lanjut Beni mereka bertelur tapi tidak menetas. Sehingga dengan melepas secara periodik jantan mandul harapannya populasi serangga targetnya akan menurun.

TSM ini lanjutnya adalah salah satu metode alternatif yang bisa untuk mengendalikan vektor dengue. Namun TSM hanyalah salah satu cara. Perlu kombinasi lainnya dengan mengunakan data entomologi dan epidemiologi.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement