Mobile Ad
Perangi "Stunting", Siapa Capres-Cawapres Visi dan Misinya Paling Bergizi?

Sabtu, 27 Jan 2024

FTNews - Indonesia rupanya tidak hanya menghadapi masalah stunting, ada sejumlah persoalan terkait masalah gizi lainnya. Tanpa menyelesaikan akar masalah, target generasi emas 2045 sulit dicapai.

Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) menyebut Indonesia menghadapi triple burden malnutrition atau beban triplet masalah gizi.

Sejumlah masalah itu yakni stunting, balita kurang gizi (wasting) dan obesitas pada usia dewasa (18 tahun ke atas) serta kekurangan gizi mikro seperti animea.

Chief of Research and Policy CISDI Olivia Herlinda menilai masalah itu terjadi karena masih lemahnya pembatasan produksi dan peredaran pangan kemasan tinggi gula, garam dan lemak.

"Informasi nilai gizi di kemasan pun sangat kecil. Edukasi dan sosialisasi pangan sehat pun belum merata," katanya di Jakarta, Sabtu (27/1).

Selain itu, subsidi untuk pangan sehat seperti buah, sayur dan pangan rendah garam, gula dan lemak belum ada.

CISDI pun mengulas, visi misi tiga pasangan calon (capres-cawapres) terkait gizi. Berikut ini ulasannya:

Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar


Paslon capres-cawapres nomor urut 1 ini, fokus menurunkan prevalensi stunting melalui pendampingan ibu hamil. Mereka juga menekankan 1.000 hari pertama kehidupan anak. Menjamin ketersediaan pangan seimbang, pencegahan penyakit infeksi dan perbaikan lingkungan.

Selain itu, mendorong pemenuhan gizi seimbang. Pengendalian produk makanan yang membahayakan. Ketersediaan penitipan anak dan ruang laktasi di ruang publik dan tempat kerja.

Kemudian pemberian bantuan operasional sekolah berbasis kebutuhan.

Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka


Paslon nomor urut dua ini menekankan pencegahan stunting dengan program Gizi Seimbang dan Gerakan EMAS (Emak-Emas dan Anak-anak Minum Susu).

Memberi makan siang dan susu gratis di sekolah, pesantren. Serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil.

Menambahkan Kartu Anak Sehat dalam program perlindungan sosial dan kesehatan sebagai penanggulangan stunting. Perbaikan kualitas gizi. Pasangan ini pun menekankan tersedianya air bersih, dan sanitasi dalam mengatasi gizi buruk.

Selanjutnya program pangan dengan pengembangan program food estate seperti padi, jagung, singkong, kedelai dan tebu.

Ganjar Pranowo-Mahfud MD


Paslon nomor urut tiga ini menargetkan penguatan pencegahan tengkes (stunting) dan kualitas tumbuh kembang 1.000 hari pertama kehidupan.

Revolusi menu makanan yang berbasis pangan lokal. Pemeriksaan kesehatan menyeluruh bagi calon pengantin atau pasangan usai subur. Lalu program kampung sehat.

mencegah stunting Ilustasi kader posyandu memeriksa anak untuk mencegah stunting. Foto: Antara

Dampak Negatif


Jurnal ilmiah Khoirun Ni'mah dan Siti Rahayu Nadhiroh dari Departemen Gizi Universitas Airlangga, Surabaya mengungkap, masalah gizi terutama stunting pada balita berdampak negatif. Dampak itu akan memengaruhi kehidupan sang anak di tahapan berikutnya.

Anak akan mengalami penurunan intelektual, rentan penyakit tidak menular, penurunan produktivitas. Hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Jurnal yang berjudul Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita ini juga menyoroti sejumlah hal yang berhubungan dengan stunting. Panjang bayi lahir, riwayat ASI eksklusif, pendapatan keluarga. Lalu pendidikan ibu dan pengetahuan gizi merupakan faktor yang berhubungan dengan stunting.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement