Mobile Ad
Perubahan Iklim Diduga Picu Kerentanan Penyakit, Termasuk DBD

Minggu, 24 Mar 2024

FTNews - Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) menyoroti adanya pengaruh perubahan iklim dengan berkembangnya penyakit terutama yang disebabkan vektor, salah satunya nyamuk.

Cuaca panas dan lembap dampak dari perubahan iklim menjadi favorit nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembang biak.

Hingga akhir Februari 2024, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 16 ribu kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Anak-anak berusia 5-14 tahun paling rentan terjangkit. Kasus kematian pun melonjak hingga 148 persen.

Jawa Barat dari data yang ada menjadi provinsi dengan kasus DBD terbanyak 4.800 kasus. Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan DBD sebagai salah satu ancaman kesehatan global. Di antara 10 penyakit lainnya.

CISDI dalam kajiannya memperkirakan setengah populasi Bumi juga berisiko terinfeksi dengue apabila krisis iklim belum serius ditangani.

Pasien DBD mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Foto: Istimewa

Berbahaya


Dengue atau demam berdarah adalah penyakit infeksi virus yang nyamuk Aedes aegypti tularkan.

Virus dengue menjadi berbahaya karena tidak semua yang terinfeksi bergejala ringan. Dapat menyebabkan pembuluh darah bocor, lemah, mudah pecah, pendarahan dalam tubuh hingga kematian.

Di sisi lain, perubahan iklim juga mengubah lingkungan yang akan membuat penyebaran demam berdarah makin parah.

Berikut ini kajian CISDI terkait iklim dan demam berdarah:

  1. Suhu yang lebih tinggi mempercepat reproduksi nyamuk dan virus dengue di dalam tubuh nyamuk.

  2. Pada suhu yang lebih tinggi, nyamuk dewasa lebih sering menggigit dan memperpanjang masa aktif.

  3. Iklim yang lebih hangat juga memengaruhi jangkauan nyamuk. Memungkinkan nyamuk melewati musim dingin dan memperluas jangkauan nyamuk.

  4. Kelembapan yang tinggi meningkatkan keberlangsungan hidup nyamuk.

  5. Curah hujan yang berlebihan, badai, banjir dan naiknya permukaan air laut menjadi habitat favorit nyamuk

  6. Kekeringan membuat orang mengumpulkan dan menyimpan air dalam wadah yang dapat menjadi sarang nyamuk.

  7. Deforestasi meningkatkan risiko demam berdarah. Caranya dengan memulai kontak dengan populasi vektor yang sebelumnya lebih terisolasi dari daerah-daerah yang dihuni.

  8. Bencana alam dampak krisis iklim dapat mengganggu program pengendalian vektor (nyamuk).

  9. Kekeringan membuat lahan tidak dapat ditinggali, ditanami sehingga memungkinkan krisis pangan yang menyebabkan imunitas menurun.


Ilustrasi kesehatan. Foto: Freepik

One Health


CISDI pun mendorong Kementerian Kesehatan melakukan penguatan surveilans dan pengendalian vektor. Lebih banyak kasus DBD yang belum terdeteksi atau terkonfirmasi. Kasus baru ketahuan setelah penderita mengalami gejala yang lebih parah.

Selain itu, CISDI pun mendorong pemerintah pusat dan daerah menggunakan pendekatan one health dalam program-program pembangunan. Konsep ini mengedapankan keselarasan alam dengan manusia.

"Dengan pendekatan ini masyarakat khususnya masyarakat rentan, miskin, marjinal tidak menjadi korban," tandas CISDI.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement