Mobile Ad
Rumah Tahan Gempa BRIN Mirip "Lego"

Rabu, 22 Mei 2024

FTNews - Indonesia termasuk negara yang rawan gempa bumi. Ketersediaan infrastruktur tahan gempa tentu mampu mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian materiil. Badan Riset dan Inoovasi Nasional (BRIN) pun berhasil mengembangkan rumah komposit tahan gempa (RKTG).

Rumah komposit tahan gempa inovasi BRIN ini berukuran 6x6 meter atau tipe 36. Tersusun dari panel atau papan dengan material komposit polimer. Papannya pun tim periset BRIN buat sedemikian rupa tinggal pasang (knockdown) seperti permainan lego.

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono, menjelaskan komitmen BRIN dalam kebijakan fasilitasi dan hilirisasi hasil riset dan inovasi yang khususnya di bidang kebencanaan.

"Proses pembangunan RKTG ini cukup singkat. Hanya tujuh hari dengan TKDN lebih dari 90 persen dan menggunakan genting metal yang ringan," katanya di Jakarta, Rabu (22/5).

Dengan perpaduan tersebut, rumah akan tahan terhadap guncangan besar. Sudah tim lakukan simulasi internal, dan hasilnya RKTG ini mampu bertahan dan tidak roboh meski diguncang gempa berkekuatan 7 skala Richter. Keunggulan lainnya, rumah ini tahan terhadap kebakaran.

Contoh lain rumah tahan gempa BRIN. Foto: BRIN

Penemuan Baru


Dia juga menekankan pentingnya pendanaan riset dan inovasi untuk mendorong kompetitivitas dan diferensiasi melalui penemuan-penemuan baru. Kemudian publikasi ilmiah, dan perlindungan kekayaan intelektual, seperti paten, dan desain industri​​.

“Selain inovasi di bidang kebencanaan, BRIN memiliki berbagai skema seperti skema Indonesian Research and Innovation Fund (IRIF) untuk mengoptimalkan sumber daya manusia, anggaran, serta infrastruktur riset di dalam negeri," tutur Agus.

Agus menjelaskan, skema IRIF memperkuat peran BRIN dalam melaksanakan tugas dan fungsi pendanaan terintegrasi di bidang riset dan inovasi.

Sementara itu Guru Besar Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Prof Paulus Pramono Rahardjo juga pernah menyebut, masyarakat Indonesia sesungguhnya memiliki pengetahuan lokal yang mumpuni untuk hidup di kawasan rawan gempa.

"Struktur bangunan tradisional telah diwariskan berabad-abad dan terbukti mampu menahan goncangan. Dalam gempa Lombok misalnya, bangunan tradisional kokoh berdiri, sementara bangunan berbahan beton justru ambruk," imbuhnya.

Struktur bangunan tradisional sebenarnya adalah salah satu pilihan tepat. Sifat bangunan ducktile akan cenderung liat dan tidak getas. Sifat itu mampu mengikuti goyangan ketika gempa terjadi, sehingga bangunan cenderung tidak roboh.

Topik Terkait:

Advertisement

Advertisement