Laut Lebih Banyak Hasilkan Oksigen dari Hutan? Viktor Laiskodat Disorot
Mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat, dalam berbagai kesempatan kerap melontarkan pernyataan yang memantik diskusi publik, yakni bahwa laut menghasilkan oksigen lebih besar dibandingkan hutan.
Meski sempat memicu perdebatan, pernyataan tersebut secara ilmiah memiliki pijakan kuat dan menempatkan ekosistem maritim sebagai salah satu penopang utama kehidupan di Bumi.
Pernyataan ini umumnya disampaikan Viktor dalam konteks diplomasi maritim serta kampanye perlindungan ekosistem pesisir. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dinilai memiliki kepentingan strategis untuk menggeser paradigma “paru-paru dunia” yang selama ini identik dengan hutan daratan menuju konsep “paru-paru biru” yang merujuk pada peran samudra.
Baca Juga: Benarkah Buang Ampas Kopi, Susu Bisa Merusak Lingkungan?
Fitoplankton sebagai Penghasil Oksigen Utama
Data ilmiah menunjukkan bahwa samudra menyumbang sekitar 50 hingga 70 persen oksigen di atmosfer Bumi. Kontributor utamanya bukanlah tumbuhan berukuran besar, melainkan organisme mikroskopis bernama fitoplankton.
Baca Juga: Pemerintah Denda Rp 38,62 Triliun Perusahaan Sawit dan Tambang Ilegal
Fitoplankton merupakan mikroorganisme fotosintetik yang hidup di permukaan laut. Melalui proses fotosintesis, organisme ini menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen dengan bantuan sinar matahari, mekanisme yang serupa dengan proses yang terjadi pada tumbuhan darat.
Laut yang menutupi sekitar 71 persen permukaan Bumi menyediakan area fotosintesis yang sangat luas. Kondisi ini membuat kontribusi fitoplankton, alga, dan cyanobacteria menjadi dominan dalam produksi oksigen global.
Secara kuantitas, laut memang mengungguli hutan daratan dalam hal produksi oksigen.
Pernyataan Viktor Laiskodat Soal Paru Paru Biru Dan Fakta Ilmiahnya
Hutan Tetap Vital sebagai Penjaga Keseimbangan
Meski laut memegang peranan besar dalam produksi oksigen secara global, para ilmuwan mengingatkan bahwa fakta ini tidak boleh dimaknai sebagai pengabaian terhadap peran hutan.
Perbandingan antara laut dan hutan bukan soal mana yang lebih unggul, melainkan tentang fungsi ekologis yang saling melengkapi.
Hutan berperan penting sebagai penyerap dan penyimpan karbon dalam biomassa yang stabil. Selain itu, hutan memiliki fungsi krusial lain, seperti mengatur siklus air, mencegah bencana hidrometeorologi, menjadi pusat keanekaragaman hayati daratan, serta menjaga stabilitas iklim mikro di wilayah pemukiman manusia.
Perlu pula dicatat bahwa sebagian besar oksigen yang dihasilkan oleh fitoplankton digunakan kembali oleh organisme laut melalui proses respirasi. Hal serupa juga terjadi pada oksigen yang dihasilkan hutan, yang sebagian besar dimanfaatkan oleh ekosistem darat itu sendiri.
Secara ilmiah, pernyataan Viktor Laiskodat dapat dibenarkan dalam skala global. Namun, pesan utama yang perlu dipahami publik adalah pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
Perlindungan laut tidak boleh mengorbankan hutan, dan sebaliknya. Laut dan hutan merupakan dua pilar utama penyangga kehidupan yang bekerja secara sinergis. Tanpa salah satunya, keseimbangan biosfer akan terancam.