Mengenal Asmara Subuh, Tradisi Muda Mudi di Bulan Ramadan yang Menimbulkan Pro Kontra
Daerah

Istilah asmara subuh mungkin masih asing terdengar di telinga kita, utamanya di bulan suci Ramadan.
Namun istilah asmara subuh bisa jadi sudah diketahui masyarakat yang tinggal di Pulau Sumatera, khususnya Kota Medan Sumatera Utara dan Padang Sumatera Barat.
Asmara subuh hanya muncul di bulan Ramadan. Hal ini bisa dibilang tradisi yang hanya muncul di bulan puasa.
Baca Juga: Usai Laporkan Anggota DPRD Sumut, Oknum Pegawai Bank Malah Laporkan Mantan Kuasa Hukumnya
Asmara subuh merpakan kegiatan muda-mudi seusai santap sahur. Biasanya mereka berkumpul di tempat umum, seperti taman, pinggir jalan hingga pantai.
Tidak diketahui pasti sejak pakan tradisi ini muncul dan siapa yang memulainya. Namun asmara subuh biasa dilakukan untuk mengisi kekosongan jelang pagi.
Kegiatan yang biasa diadakan pada akhir pekan tersebut biasanya berujung pada perkenalan antara lelaki dan perempuan.
Baca Juga: Brimob Polda Sumut Gelar Patroli Kamtibmas Antisipasi Tawuran dan Begal Jelang Idul Fitri
Bahkan tak jarang dari mereka yang sampai menjalin hubungan asmara, bahkan konon kabarnya, sampai ada yang menikah.
Pada perkembangannya, asmara subuh tak hanya sekadar berkumpul di satu tempat. Namun ada juga yang menyambung kegiatan itu dengan konvoi keliling, main petasan dan yang lainnya.
Karena itulah, sebagian orang menilai aktivitas asmara subuh lebih banyak mengandung muatan negatif dibanding positif.
Terlebih dalam tradisi asmara subuh terjadi pertemuan antara laki-laki bujang dengan perempuan yang bukan muhrimnya.
Mereka yang berkumpul di lokasi asmara subuh biasanya masih mengenakan sarung dan mukena.
Para muda-mudi ini akan bergerombol, bermain, tertawa-tawa, dan saling berkejaran.
Kegiatan itu pula yang membuat sebagian orang menilai asmara subuh adalah kegiatan negatif.