Ekonomi Bisnis

Mengenal BRICS, Organisasi Internasional untuk Negara-Negara Berkembang

26 Oktober 2024 | 17:31 WIB
Mengenal BRICS, Organisasi Internasional untuk Negara-Negara Berkembang
Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono saat tiba di Rusia dalam rangka menghadiri KTT BRICS di Kazan. (Foto: Ist)

Menteri Luar Negeri RI, Suswono menyampaikan keinginan Indonesia untuk menjadi anggota forum kerja sama BRICS. Keinginan tersebut disampaikannya saat menghadiri KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (25/10) lalu.

rb-1

Menurutnya, bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif.

BRICS sendiri merupakan blok ekonomi yang beranggotakan negara-negara berkembang. Nama BRICS diambil dari nama-nama negara yang menjadi anggota sekaligus inisiatif dan pendirinya yaitu Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Hadapi Gejolak Perekonomian Global, Pemerintah Didesak Jangan Boros

rb-3

Dilansir dari laman resmi Council on Foreign Relation, Sabtu (26/10), BRICS berfungsi untuk mengkoordinasikan dan memuluskan kerja sama ekonomi negara-negara berkembang.

Kepala negara pendiri BRICS di KTT BRICS 2024 Rusia. (Foto: Ist)

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ekonomi agar para negara berkembang bisa sejajar dengan negara-negara maju.

Pasalnya, saat ini kekuatan ekonomi global didominasi oleh negara-negara maju yang berasal dari Eropa, Amerika dan beberapa lainnya dari Asia.

Baca Juga: Vietnam Resmi Jadi Mitra BRICS

Awalnya, blok ekonomi ini bernama BRIC yang pertama kali dicetuskan oleh Goldman Sachs Jim O’Neill dalam penelitiannya yang dirilis pada tahun 2001. Dalam penelitian itu, O’Neill memprediksi bahwa kondisi ekonomi Brazil, Rusia, India dan China akan berada sejajar dengan negara-negara anggota G7.

Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam KTT BRICS Rusia 2024 (Foto: Ist)

Berdasarkan riset inilah, Presiden Rusia Vladimir Putin mengajak Brazil, India dan China untuk melakukan pertemuan di tahun 2009. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi agar prediksi O’Neill di dalam risetnya bisa menjadi kenyataan.

Dari pertemuan itulah akhirnya BRIC resmi berdiri. Pertemuan ini juga sekaligus menjadi KTT BRIC pertama dalam sejarah. Melalui KTT itu, Rusia menjadi negara pencetus berdirinya BRIC.

Setahun kemudian, Afrika Selatan bergabung. Kemudian mereka bergabung pada 2010 atas permintaan dan ajakan dari China. Selanjutnya nama BRIC berubah menjadi BRICS seperti yang dikenal saat ini.

Saat ini, anggota BRICS sudah semakin bertambah. Pada Januari 2023 lalu, ada enam negara yang telah resmi bergabung untuk menjadi anggota tetap BRICS. Keenam negara itu antara lain Arab Saudi, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab, Mesir dan Republik Demokratik Kongo (DRC).

Pemerintah Afrika Selatan menyatakan ada lebih dari 40 negara yang tertarik untuk bergabung dengan BRICS. Mereka tertarik bergabung untuk mengurangi dominasi penggunaan mata uang dolar dalam aktivitas ekonomi negaranya.

Selain itu, mereka juga ingin mendapatkan keuntungan ekonomi dari negara-negara BRICS setelah resmi bergabung dan menjadi anggotanya.

KTT BRICS yang menghasilkan beberapa poin untuk negara anggotanya. (Foto: Ist)



Saat ini, ada sekitar 30 negara yang menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan BRICS, termasuk Indonesia. Pernyataan ini diumumkan langsung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam sesi pleno KTT BRICS di Kazan beberapa waktu lalu.

BRICS sendiri saat ini memiliki beberapa fokus program kerja yang dibuat untuk mencapai tujuan ekonomi bersama di antara negara-negara anggota. Program kerja tersebut adalah:

1. Menciptakan sistem keuangan alternatif

2. Mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat

3. Memuluskan koordinasi kebijakan ekonomi di antara negara-negara anggota

4. Memperluas pengaruh ekonomi global melalui negara-negara anggota

Langkah yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS adalah negara anggota BRICS berencana membuat mata uang sendiri. Mata uang tersebut akan digunakan untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan di antara negara-negara anggota.

Namun, rencana ini menuai respon pesimis dari pengamat. Para pengamat menilai pembentukan mata uang BRICS ini perlu koordinasi yang tidak mudah. Selain itu, mereka juga menilai mata uang BRICS tidak akan mampu menandingi dolar AS di kancah ekonomi global.

Tag Ekonomi Global negara maju brics Negara Berkembang