Nama Kakak Bigmo Terseret Skandal! Diduga Hina Sunda dan Viking
Jagat media sosial kembali memanas. Nama Adimas Firdaus, atau yang dikenal sebagai Resbobb, menjadi sorotan setelah diduga melontarkan ujaran kebencian bernuansa rasial terhadap Suku Sunda dan kelompok suporter Persib Bandung, Viking, dalam sebuah siaran langsung.
Video tersebut viral setelah diunggah ulang oleh akun Instagram @funfactbogor. Dalam unggahannya, akun tersebut menyoroti betapa provokatifnya ucapan Resbobb.
“Viral! Ujaran kebencian terhadap Viking dan Suku Sunda saat live streaming tuai kecaman,” tulis akun itu.
Akun tersebut bahkan menilai pernyataan Resbobb sangat berbahaya dan berpotensi memecah belah persatuan.
Ucapan Rasis Berujung Laporan Polisi
Dampak dari ucapan yang dianggap menghina masyarakat Sunda tersebut kini berlanjut ke ranah hukum. Pemilik akun Instagram @arvio_pratama secara resmi melaporkan Adimas Firdaus alias Resbobb ke Sat Reskrim Polresta Bandung atas dugaan ujaran kebencian dan penghinaan.
Kasus ini menambah panjang daftar konten kreator yang terseret persoalan hukum akibat tindakan provokatif di media sosial.
Siapa Resbobb? Kakak Bigmo yang Kontennya Penuh Kontroversi
Resbobb kembali membuat ulah setelah dengan Azizah dan Arhan kini dengan Viking (Instagram)
Adimas Firdaus diketahui aktif sebagai kreator di kanal YouTube Rgbgob. Hubungannya sebagai kakak kandung dari YouTuber gaming populer Bigmo membuat kasus ini turut menyeret nama sang adik, meski keduanya memiliki gaya konten berbeda jauh.
Jika Bigmo dikenal ramah dan fokus pada hiburan gaming, Resbobb justru kerap tampil ceplas-ceplos dan “barbar” dalam siaran langsungnya. Ia sudah beberapa kali memancing perdebatan melalui gaya berbicaranya yang provokatif.
Motif Membuat Kontroversi: Ingin Viral, Kini Jadi Bumerang
Tangkapan layar Resbob sedang menghina sunda (Instagram)
Dalam rekam jejak digitalnya, Resbobb beberapa kali menyatakan bahwa kontroversi merupakan strateginya. Ia mengaku sengaja membuat keributan karena menganggap masyarakat Indonesia menyukai drama dan konflik.
Namun kali ini, strateginya berbalik arah. Alih-alih menarik perhatian positif, aksi tersebut justru memicu kemarahan publik, hujatan massal, hingga ancaman pidana.