Pabrik Ban Michelin Cikarang Dikabarkan PHK Ratusan Karyawan, Ini Alasannya!
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menghantam sektor industri manufaktur di Indonesia.
Kali ini, giliran pabrik ban Michelin di Cikarang, Bekasi, yang dikabarkan merumahkan sekitar 280 karyawan akibat penurunan tajam permintaan pasar ban, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Langkah berat ini diambil oleh PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), perusahaan produsen ban merek Michelin, yang tengah bergulat menghadapi situasi ekonomi global yang tidak menentu serta penurunan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Asal Usul Nama Avanza dan Arti di Balik Julukan Mobil Sejuta Umat
Lesunya Pasar Otomotif Jadi Pemicu Utama
Pabrik Ban Michelin. [Instagram]Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengungkapkan bahwa turunnya daya beli masyarakat telah berimbas langsung pada penurunan penjualan kendaraan bermotor, baik mobil maupun sepeda motor.
Efek domino dari kondisi ini membuat kebutuhan akan ban baru ikut anjlok, sehingga produksi di pabrik pun harus dikurangi drastis.
Baca Juga: Menkeu Prediksi Ekonomi Kuartal III 2022 Tumbuh di Atas 5 Persen
“Ketika penjualan kendaraan menurun, otomatis permintaan ban juga jatuh. Itu sebabnya, produsen seperti Michelin akhirnya melakukan efisiensi, termasuk melalui PHK,” ujar Said Iqbal dalam keterangannya.
Namun, langkah efisiensi tersebut menuai kritik keras dari serikat pekerja. Mereka menilai bahwa proses PHK dilakukan secara sepihak dan tidak mengacu pada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berlaku di perusahaan.
Serikat menuding perusahaan gagal menjalankan mekanisme bipartit secara benar dan tidak memberikan waktu cukup untuk perundingan mengenai hak-hak karyawan, termasuk soal pesangon, kompensasi, dan jaminan pasca kerja.
Pihak buruh berencana mengajukan gugatan hukum serta menyiapkan aksi demonstrasi untuk menuntut keadilan bagi para pekerja yang terdampak.
Dampak Global dan Pergeseran Industri
Krisis yang dialami Michelin bukan fenomena tunggal. Banyak perusahaan manufaktur di Indonesia kini menghadapi tekanan serupa akibat melemahnya ekonomi global, naiknya biaya produksi, dan relokasi industri ke wilayah dengan upah lebih murah.
Beberapa pabrik multinasional bahkan sudah mulai memindahkan lini produksinya ke luar Jawa atau ke negara lain, demi efisiensi biaya.
Situasi ini memperlihatkan bahwa tantangan industri otomotif dan turunannya di Indonesia belum berakhir.
Para pengamat industri menilai, peran pemerintah menjadi krusial dalam menjaga stabilitas industri dan mencegah gelombang PHK lanjutan.
Kebijakan fiskal, insentif produksi, serta perlindungan terhadap tenaga kerja lokal dinilai perlu diperkuat agar Indonesia tidak terus kehilangan sektor manufaktur strategis.
Harapan Pekerja di Tengah Ketidakpastian
Michelin dikabarkan PHK ratusan karyawan. [Instagram]Di tengah situasi yang suram ini, para pekerja yang terkena PHK berharap agar pemerintah turun tangan dan mendorong perusahaan untuk memberikan hak-hak karyawan sesuai undang-undang.
Bagi mereka, kehilangan pekerjaan di tengah kondisi ekonomi sulit bukan sekadar angka statistik, melainkan pukulan berat bagi kehidupan keluarga.