Pacu Jalur Viral Usai Diunggah PSG, Warganet Asing Ramai Klaim Budaya Asli Riau

Tradisi Pacu Jalur, balap perahu khas masyarakat Kuantan Singingi, Riau, tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial internasional. Hal ini dipicu oleh viralnya video unggahan akun resmi klub sepak bola ternama asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), yang secara tidak langsung menyorot gerakan ikonik anak kecil di ujung perahu disebut-sebut sebagai “aura farming”.
Gerakan yang unik dan penuh semangat tersebut ditirukan oleh sejumlah pemain PSG dalam video promosi mereka, tanpa menyebut asal budaya yang mereka tampilkan. Reaksi pun datang bertubi-tubi dari warganet global, yang memicu perdebatan panas soal klaim budaya.
Baca Juga: Kapan Festival Pacu Jalur 2025? Berikut Jadwalnya di Bulan Agustus
Mirisnya, banyak akun luar negeri dengan lantang mengklaim Pacu Jalur sebagai budaya negara mereka. Komentar seperti, "This is a trend from Vietnam, not Indonesia", atau "Pacu Jalur originated in Thailand, #ThaiPride", hingga pengguna dari Malaysia yang mengaitkannya dengan tradisi Melayu mereka, turut menambah riuh kontroversi. Padahal, Pacu Jalur adalah tradisi otentik dari Rantau Kuantan, Provinsi Riau, Indonesia.
Pacu Jalur: Tradisi Lintas Zaman dari Sungai Batang Kuantan
Pacu Jalur. (Instagram @luqyanachaerunnisa)
Pacu Jalur adalah perlombaan dayung perahu tradisional khas Kuantan Singingi yang sudah berlangsung selama ratusan tahun. Perahu-perahu yang digunakan disebut jalur dibuat dari kayu gelondongan utuh dan bisa memuat puluhan pendayung. Lomba ini diadakan setiap tahun di Sungai Batang Kuantan dan menjadi bagian utama dalam rangkaian Festival Pacu Jalur, perayaan kebudayaan terbesar masyarakat Teluk Kuantan dan sekitarnya.
Baca Juga: Sambil Main Skateboard, Viral Wiz Khalifa Ikut Tren Aura Farming Pacu Jalur
Secara etimologis, istilah "pacu" berarti "lomba", dan "jalur" merujuk pada perahu atau sampan panjang. Maka, Pacu Jalur dapat diartikan sebagai lomba perahu panjang, yang dalam pelaksanaannya bukan hanya sekadar kompetisi olahraga, melainkan juga pertunjukan budaya dan spiritualitas masyarakat Kuantan.
Referensi tertulis paling awal terkait Pacu Jalur ditemukan dalam naskah abad ke-17. Tradisi ini sempat digunakan oleh penjajah Belanda untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina pada akhir Agustus. Namun, setelah kemerdekaan Indonesia, Pacu Jalur diangkat sebagai bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan semakin mengakar dalam identitas budaya nasional.
Warisan Budaya Takbenda yang Harus Dijaga
Pacu jalur (Instagram)
Sejak tahun 2014, Pacu Jalur telah resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ini mencakup seluruh aspek tradisi, pengetahuan lokal, serta nilai spiritual yang terkandung di dalamnya—mulai dari proses pembuatan perahu, ritual adat sebelum perlombaan, hingga filosofi kebersamaan dalam mendayung.
Pacu Jalur tidak hanya memperlihatkan kekuatan fisik, tapi juga mencerminkan semangat gotong royong, kehormatan desa, dan koneksi kuat masyarakat dengan sungai sebagai pusat kehidupan.
Sayangnya, rendahnya literasi budaya di dunia digital membuat banyak warisan seperti Pacu Jalur rentan diklaim pihak luar. Padahal, menjaga dan mengedukasi tentang budaya sendiri adalah langkah penting agar identitas bangsa tak dirampas dalam senyap.