Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Solo yang Pernah Terlibat Konflik Takhta dengan Sang Adik
Di balik kharisma dan wibawanya, perjalanan Pakubuwono XIII tak lepas dari catatan sejarah kelam.
Setelah wafatnya Pakubuwono XII, sempat terjadi perebutan takhta dengan sang adik. Keduanya sama-sama mengklaim sebagai penerus sah tahta Keraton Surakarta.
Konflik itu sempat memanas dan membuat keraton terbagi dua. Setelah bertahun-tahun berseteru, perdamaian akhirnya tercapai pada tahun 2012.
Rencana Pemakaman dan Duka Masyarakat
Jenazah almarhum disemayamkan di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta. Berdasarkan informasi dari pihak keraton, mendiang akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja-Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Ribuan pelayat dari berbagai daerah diperkirakan akan hadir memberikan penghormatan terakhir.
Ucapan belasungkawa juga mengalir dari tokoh budaya, pejabat daerah, dan masyarakat luas yang menilai beliau sebagai penjaga tradisi Jawa yang penuh dedikasi.
Warisan Budaya dan Keteladanan
Kepergian Pakubuwono XIII menyisakan warisan budaya yang besar.
Di masa kepemimpinannya, ia berupaya membuka keraton agar lebih dekat dengan masyarakat melalui kegiatan budaya dan spiritual.
Sejumlah upacara adat seperti Sekaten dan kirab pusaka tetap dijaga agar tak hilang ditelan zaman.
Kini, duka mendalam menyelimuti Keraton Surakarta.
Sosok Pakubuwono XIII akan selalu dikenang sebagai raja yang sabar, berwibawa, dan menjadi simbol keteguhan budaya Jawa di tengah arus modernitas.