Panas Picu Migrain? Ini Tips Dokter Saraf Agar Tetap Nyaman
Cuaca yang semakin panas tak hanya membuat tubuh berkeringat, tapi juga bisa memicu gangguan kesehatan seperti migrain. Kondisi ini banyak dialami oleh orang yang sering beraktivitas di luar ruangan tanpa perlindungan dari sinar matahari.
Dokter spesialis saraf lulusan Universitas Indonesia, dr. Zicky Yombana, menjelaskan bahwa paparan panas berlebih merupakan salah satu pemicu utama migrain. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk melindungi diri agar terhindar dari serangan sakit kepala sebelah ini.
“Langkah paling sederhana untuk mencegah migrain akibat panas adalah dengan menghindari paparan sinar matahari langsung,” ujar dr. Zicky, dikutip dari Antara (17/10).
Baca Juga: Stop Beli Skincare Mahal! Cuma Modal Kunyit Merah, Wajah Auto Mulus dan Bebas Jerawat, Begini Cara Pakainya
Kenali Pemicu Migrain yang Sering Diabaikan Saat Cuaca Panas
Ia menyarankan penggunaan perlindungan fisik seperti topi, payung, atau kacamata hitam saat berada di luar ruangan. Selain melindungi dari sinar ultraviolet, cara ini juga membantu mencegah ketegangan pada pembuluh darah di kepala.
Baca Juga: Sering Keluhkan Migrain, Ternyata Ada Cacing Pita di Otak
Selain perlindungan dari luar, menjaga asupan cairan tubuh juga menjadi faktor penting. Saat cuaca panas, tubuh kehilangan cairan lebih cepat melalui keringat. Tanpa asupan air yang cukup—minimal 8 gelas atau sekitar 2 liter per hari—tubuh berisiko mengalami dehidrasi.
“Dehidrasi bisa mengganggu aliran darah di otak, dan hal ini dapat memicu serangan migrain,” jelasnya.
Sakit Kepala (2)
Tak hanya itu, beberapa jenis makanan dan minuman juga perlu dihindari. Menurut dr. Zicky, konsumsi berlebihan kafein, cokelat, keju, serta penyedap rasa (MSG) bisa memperparah kondisi migrain karena berpotensi menstimulasi saraf atau memengaruhi tekanan pembuluh darah.
Strategi Praktis Cegah Migrain di Musim Panas ala Dokter Saraf UI Selain hidrasi dan perlindungan dari sinar matahari, kualitas tidur juga memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan saraf. Idealnya, seseorang membutuhkan tidur selama 7–8 jam per malam.
“Kurang tidur menyebabkan stres, kelelahan, dan ketegangan saraf yang bisa memperburuk migrain,” jelas dr. Zicky, yang juga berpraktik di Rumah Sakit Brawijaya.
Ia menambahkan bahwa suhu panas ekstrem dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah di otak. Ketika tubuh berusaha menurunkan suhu dengan cara ini, justru dapat menimbulkan tekanan di kepala dan rasa nyeri berdenyut khas migrain.
Paparan sinar matahari juga dapat merangsang saraf di kepala dan memperparah nyeri yang sudah ada. Sementara udara panas di malam hari kerap membuat tidur tidak nyenyak, sehingga memperburuk kondisi saraf.
Migrain sendiri termasuk jenis sakit kepala berat yang disertai gejala seperti mual, muntah, serta sensitivitas terhadap cahaya atau suara. Serangannya bisa berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari, mengganggu aktivitas dan produktivitas penderitanya.
Meski bukan penyakit yang mematikan, migrain tidak boleh dianggap sepele. Pencegahan melalui pola hidup sehat, manajemen stres, dan perlindungan diri terhadap cuaca panas bisa menurunkan frekuensi serta intensitas serangan.
“Perubahan iklim membuat kita perlu lebih peduli pada kesehatan. Dengan menjaga hidrasi, tidur cukup, serta menghindari pemicu migrain, tubuh bisa tetap bugar meski cuaca sedang panas-panasnya,” tutup dr. Zicky.