Pengakuan Mengejutkan Hotman Paris Saat Ditanya Video Bareng Dwi Hartono
Dwi Hartono, seorang pengusaha, motivator dan YouTuber, disebut sebagai otak penculikan dan pembunuhan Muhammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang BRI Cempaka Putih.
Akun Instagram milik Dwi Hartono turut dibagikan foto dirinya bersama pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.
Baca Juga: Heboh Rekening Dormant BNI Dibobol Rp204 Miliar, Berapa Harga Saham BBNI?
Saat itu, mereka memberi bantuan kepada seorang gadis yang jadi korban pemerkosaan 10 pria di Lampung. Mereka melakukan kegiatan itu di Restoran Hotmen, milik Hotman Paris.
"Selamat siang temen temen semua
Besok Pagi jam 07.30 WIB saya diundang Bang Hotman @hotmanparisofficial beserta tim 911 dalam rangka Press release terkait korban pemerkosaan oleh pelaku 10 orang dewasa di lampung
Baca Juga: Pengakuan Pelaku Penculikan Kacab BRI Cempaka Putih Muhammad Ilham Pradipta
Dalam acara tersebut, saya atas nama pribadi dan @hartono_foundation akan menyampaikan secara langsung kepada korban dan keluarga untuk pemberian beasiswa hingga S1, jika Bang @hotmanparisofficial dan keluarga berkenan maka nanti adek tersebut akan kami kuliahkan S1 Hukum bahkan hingga S2 hukum, agar kelak adek tersebut memilki bekal yang baik bahkan syukur bisa mengikuti jejak sukses Bang @hotmanparisofficial, amiiin.
Kepada Bang @hotmanparisofficial saya mengucapkan terima kasih atas undangan acara ini dan terima kasih juga krn sudah difasilitasi utk bertemu langsung dengan keluarga korban untuk menyampaikan secara langsung pemberian beasiswa tersebut," tulis Dwi Hartono dalam keterangan video dirinya bersama Hotman Paris, yang dibagikan 24 Maret 2024.
Hotman Paris Tidak Mengenal Dwi Hartono
Hotman Paris dan Dwi Hartono saat memberikan bantuan kepada gadis korban pemerkosaan di Lampung. (Instagram @klanhartono)
Hotman Paris sendiri ditanya soal kedekatannya dengan Dwi Hartono. Menurutnya, dia tak mengenal dekat sosok Dwi Hartono.
"Engga kenal," jawab Hotman saat ditemui di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Hotman mengatakan, dirinya mengenal Dwi Hartono saat berada di lokasi untuk memberikan bantuan beasiswa.
"Kenalan di situ. Dia ngasih sumbangan. Udah itu saja. Engga pernah saya ketemu sama dia secara khusus," tutur Hotman.
Hotman juga mengaku sudah tahu jika Dwi Hartono merupakan seorang pengusaha.
"Saya dengar begitu (soal Dwi Hartono seorang pengusaha)," ucapnya.
Mengenai Dwi Hartono ditetapkan jadi tersangka penculikan dan pembunuhan Muhammad Ilham Pradipta, Hotman tak ingin berbicara lebih dalam lagi.
"Saya sudah dengar, tapi no comment," tuturnya.
Muhammad Ilham Pradipta Dibunuh
Dwi Hartono. (Instagram)
Perlahan-lahan motif penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cempaka Putih, Jakarta Timur, Muhammad Ilham Pradipta, mulai terkuak.
Polda Metro Jaya telah menangkap empat tersangka penculikan, yakni RAH, AT, RS dan EW.
Pengacara Adrianus Agal, kuasa hukum keempat tersangka itu pun buka suara mengenai kasus ini di Polda Metro Jaya, Senin (25/8/2025).
Menurutnya, kasus penculikan dan pembunuhan Muhammad Ilham Pradipta terdapat tiga klaster, yakni klaster pengintai, klaster penjemputan paksa dan klaster eksekutor.
“Ada tiga klaster. Klaster pertama itu setelah kami dapat informasi dari penyidik dan dari intelijen kami, bahwa klaster pengintai, klaster penjemputan paksa, sama eksekutor,” kata Adrianus Agal.
Bertugas Hanya Menculik
Adrianus Agal mengatakan, kliennya hanya diberi tugas untuk menculik Mohamad Ilham Pradipta.
RAH, AT, RS dan EW menculik Muhammad Ilham Pradipta di parkiran Lotte Mart Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Selanjutnya, Kacab BRI Cempaka Putih itu dibawa ke F sebagai eksekutor di Cawang, Jakarta Timur.
“Adik-adik kami ini mereka perannya hanya untuk menjemput paksa dan memberikan ke mereka (eksekutor F),” tutur Adrianus.
Adrianus yakin keempat kliennya tak akan mengambil pekerjaan ini jika ternyata Muhammad Ilham Pradipta dibunuh.
“Saya yakin sebagai orang yang beragama dan kami juga sebagai orang Katolik pasti kami menolak pekerjaan seperti ini,” ujar dia.
Menurut Adrianus, kliennya menyanggupi pekerjaan ini karena ada bayaran tak lebih dari Rp50 juta.
“Kalau dari informasi yang kami dapat setelah berkomunikasi dengan penyidik itu mereka dijanjikan itu untuk mendapat berapa puluh juta sekianlah," tutur Adrianus.
Keempat pelaku yang berprofesi sebagai debt collector itu sedang mengalami tekanan ekonomi sehingga terpaksa mengambil pekerjaan ini.
“Saya tidak bisa memastikan angka DP berapa, tapi angkanya tidak lebih dari Rp 50 juta," ucap dia.
Disuruh Buang Jenazah ke Bekasi
Adrianus menuturkan, kliennya ketakutan saat disuruh membuang jenazah Muhammad Ilham Pradipta ke Bekasi.
“Pas mereka pulang tengah malam, ada perasaan ketakutan dari mereka bahwa tidak sesuai dengan yang dijanjikan awal,” ungkap Adrianus Pagal.
Dia menceritakan jika kliennya diminta untuk memulangkan korban, namun ternyata sudah tak bernyawa.
“Pada saat waktu ketemu lagi, di situlah mereka melihat korban ini sudah tidak bernyawa lagi,” katanya.
Jasad Muhammad Ilham Pradipta ditemukan oleh pengembala di persawahan di Kabupaten Bekasi.
Subdit Resmob dan Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya kemudian menangkap lagi empat tersangka lainnya yang menjadi otak penculikan dan pembunuhan.