Penyuka Tempe, Kedelai Indonesia 80 Persennya Impor!

FTNews – Untuk menggenjot produktivitas kedelai di dalam negeri, Indonesia butuh 2,5 juta hektare (ha) lahan. Namun nyatanya saat ini lahan tersedia untuk kedelai hanya 0,3 juta ha. Perlu kebijakan ekstrem untuk memenuhi target tersebut.

Memang sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, Indonesia punya peluang dan tantangan untuk mencapai swasembada pangan termasuk kedelai. Padahal kedelai bukan hanya menjadi sumber protein penting bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga merupakan bahan baku kunci dalam industri pangan. Minyak goreng, serta berbagai produk olahan lainnya.

Meskipun demikian, tantangan dalam mencapai swasembada kedelai di Indonesia masih sangat besar. Faktor seperti budidaya yang rentan terhadap hama, rendahnya produktivitas dan harga jual, daya saing yang rendah. Lalu ketergantungan pada impor, fluktuasi harga global, serta masalah sosial dan lingkungan menjadi hambatan utama yang perlu diatasi.

Periset Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dewa Swastika mengatakan, melihat areal lahan saat ini sulit mencapai swasembada kedelai kalau tidak ada kebijakan ekstrem.

“Untuk swasembada butuh 2,5 juta ha. Areal yang ada saat ini hanya 0,3 juta ha. Bisa mencapai itu (swasembada) kalau ada kebijakan ekstrem,” katanya di Jakarta, Selasa (28/5).

Dalam seminar “Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan” , Selasa (28/5) itu Dewa pun memerinci kebijakan ekstrem yang perlu pemerintah lakukan untuk mencapai swasembada.

“Perlu menciptakan nilai tambah pengolahan generasi ketiga dari kedelai tidak hanya sebatas menjadi tempe. Sehingga bernilai tinggi. Ia mencontohkan Swiss membeli biji kakao dari Indonesia. Lalu cokelatnya yang sudah bernilai tinggi mereka ekspor,” kata Dewa.

Tempa makanan favorit masyarakat. Foto: Pertanianku

Kebijakan Ekstrem

Bagi Dewa kebijakan ekstrem untuk mencapai swasembada kedelai memang tak mudah. Dalam 5-10 tahun terakhir saja terjadi penurunan areal kedelai mencapai 3,5 persen per tahun. Sejurus dengan itu, produktivitas pun menurun 3 persen per tahun. Padahal kebutuhan bahan baku tempe terus meningkat.

BACA JUGA:   Google Pecat 28 Karyawannya yang Mendukung Palestina

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut produktivitas kedelai Indonesia mencapai 1,2-1,8 ton per tahun. Namun data di lapangan ada yang kurang dari 1 ton per tahun.

Kembali ke kebijakan ekstrem, Dewa menyebut perlunya penyediaan lahan baru, dan benih bermutu. Selain itu juga butuh usaha tani skala besar, melibatkan swasta atau BUMN. Jaminan pasar, pembatasan regulasi impor dan pemberlakuan bea masuk.

Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Prof Bustanul Arifin mengungkapkan, tidak perlu memaksakan swasembada kedelai masih sangat jauh tidak perlu dipaksakan.

Konsumsi kedelai naik terus seiring pertumbuhan industri berbasis pangan. Impor kedelai naik berkali lipat, 2,7 juta ton kacang dan 6 juta ton bungkil kedelai.

“Peningkatan produktivitas, diversifikasi produksi dan konsumsi pangan perlu dilakukan dengan penggunaan iptek dan inovasi,” ucap Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia ini.

Produksi tempe. Foto: Info Publik

Konsumsi Tempe dan Tahu

Pengawas Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia Jakarta Selatan Tjasbari juga mengaku ikut mendukung swasembada kedelai. Namun jika melihat fakta di lapangan masih jauh ke arah itu.

“Bukannya kami tidak mendukung, ya mendukung. Tapi kayaknya masih jauh kalau lihat di lapangan,” imbuhnya.

Sementara itu, Tjasbari menyebut kedelai impor punya tekstur besar dan mudah patah. Sedangkan kedelai lokal lebih cocok untuk pembuatan tahu.

Dari data BPS, pada tahun 2023 Amerika Serikat menjadi pemasok kedelai terbesar dengan berat 1,94 juta ton atau 85,47 persen dari total volume impor nasional.

Kemudian rata-rata konsumsi tahu tempe per kapita di Indonesia tahun 2023 per kapita 0,295 kilogram (kg) setiap minggu. Angka tersebut naik 2,43 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 0,288 kg setiap minggu.

Artikel Terkait

Digulingkan Karena Timses Ganjar, Arsjad Rasjid: Tidak Relevan

FT News – Arsjad Rasjid menjawab isu mengenai dirinya...

Mengenal Anindya Bakrie, Ketua Kadin Melalui Munaslub

FT News – Pengusaha Anindya Bakrie akhirnya diumumkan menjadi...

Menko Marves Kunjungi TSTH2 di Pollung, Cek Ribuan Bibit Tanaman Herbal

FT News - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,...