Perang Saudara Baru? Arab Saudi Bom Sekutu UAE di Yaman
Sebuah retakan langka dan dramatis terjadi di jantung koalisi Teluk. Arab Saudi melancarkan serangan udara ke kota pelabuhan Mukalla di Yaman, dengan tuduhan bahwa Uni Emirat Arab (UEA) diam-diam mengirimkan senjata kepada kelompok separatis yang menjadi musuh bersama.
UEA membantah keras dan membalas dengan mengumumkan penarikan seluruh pasukannya dari Yaman.
Baca Juga: Jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2026: Arab Saudi vs Indonesia Main Jam Berapa?
Apa yang Memicu Serangan Saudi?
Kota Pelabuhan Mukalla Yaman yang diserang Arab Saudi. [Google Maps]
Insiden ini berawal dari kapal kargo yang berlayar dari pelabuhan UEA, Fujairah, menuju Mukalla.
Baca Juga: Penyerangan Drone dan Rudal Terjadi terhadap Kapal Yunani di Laut Merah, Buntut Perang Iran-Israel?
Saudi menuduh kapal itu membawa senjata untuk Dewan Transisi Selatan (STC), kelompok separatis yang didukung UEA dan ingin memisahkan Yaman Selatan.
Tuduhan ini dianggap sebagai ancaman keamanan nasional, sehingga pesawat Saudi mengebom target di pelabuhan.
UEA membantah dengan tegas, menyatakan muatan itu hanyalah kendaraan logistik untuk pasukan UAE sendiri yang telah dikoordinasikan dengan koalisi pimpinan Saudi. Mereka menyebut serangan itu "mengejutkan".
Perebutan Pengaruh di Yaman Selatan
Ketegangan ini sebenarnya sudah lama membara. STC, sekutu utama UAE, baru-baru ini memperluas kekuasaannya di Yaman Selatan, termasuk daerah kaya minyak seperti Hadramout.
Kemajuan ini melemahkan pemerintahan Yaman yang didukung Saudi dan dianggap mengalihkan fokus dari perang melawan Houthi (yang didukung Iran) di utara.
Bagi Saudi, dukungan UEA kepada STC adalah pengkhianatan dalam perang yang sudah berlarut-larut. Bagi UEA, STC adalah sekutu penting untuk mengamankan kepentingan strategisnya di pesisir Yaman.
UAE Tarik Pasukan, AS Turun Tangan
Sebagai balasan atas serangan tersebut, UEA mengumumkan akan menarik sisa pasukannya dari Yaman, langkah yang bisa memperlemah koalisi militer di sana.
Kelompok-kelompok pro-Saudi di Yaman bahkan menuntut pasukan UAE angkat kaki dalam 24 jam.
Melihat dua sekutu utamanya di Teluk hampir bertikai, Amerika Serikat turun tangan. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mendesak pengekangan dan diplomasi untuk meredakan ketegangan.
Masa Depan Suram untuk Perdamaian Yaman
Insiden ini bukan sekadar salah paham. Ini adalah gejala perpecahan serius dalam strategi kedua raksasa Teluk di Yaman.
Retaknya aliansi Saudi-UEA justru dapat memperkuat posisi STC dalam peta politik dan perundingan perdamaian Yaman ke depan, sementara perang terhadap Houthi bisa semakin terabaikan. Perang di Yaman kini memiliki front baru: perang antara sekutu lama.