PMII Curup Desak Pengungkapan Tuntas Penembakan Petani Pino Raya
Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Curup menyuarakan protes keras terkait insiden penembakan terhadap lima petani di Desa Kembang Seri, Kecamatan Pino Raya, Bengkulu Selatan, pada Senin (24/11).
Peristiwa itu menyebabkan lima warga terluka, satu di antaranya dalam kondisi kritis. Aksi tersebut diduga melibatkan oknum keamanan perusahaan kelapa sawit PT Agro Bengkulu Selatan (PT ABS).
Kronologi Ketegangan di Pino Raya
Petani mengalami luka tembak. [Ist]
Insiden bermula ketika warga berusaha mempertahankan lahan yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka di tengah konflik agraria berkepanjangan.
Tegangan meningkat setelah alat berat perusahaan masuk dan menggusur tanaman masyarakat.
Situasi yang memanas itu akhirnya berujung pada penggunaan senjata oleh pihak keamanan perusahaan.
Ketua PC PMII Curup, Abdul Kohar, mengecam keras tindakan tersebut.
Ia menilai penembakan terhadap warga adalah pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
“Menembaki petani tidak bisa dibenarkan dalam kondisi apa pun. Kami meminta aparat penegak hukum mengusut kasus ini sampai tuntas, memproses para pelaku, dan memberikan perlindungan kepada korban serta keluarga mereka,” kata Abdul.
Negara Dianggap Belum Hadir Sepenuhnya
Pistol yang diduga digunakan untuk menembak petani. [Ist]
Menurut PMII Curup, konflik tanah antara warga Pino Raya dan perusahaan seharusnya ditangani lewat mekanisme hukum dan dialog, bukan dengan kekerasan.
Mereka menilai negara belum memberikan kepastian hukum maupun jaminan keselamatan bagi masyarakat.
“Kami mendesak pemerintah daerah, pihak kepolisian, dan Komnas HAM turun langsung melakukan penyelidikan independen. Tidak boleh ada aktor yang dibiarkan lolos dari tanggung jawab,” tambah Abdul.
Seruan Solidaritas dari Mahasiswa
PMII Curup juga mengajak kelompok masyarakat sipil, organisasi pemuda, dan mahasiswa lainnya untuk ikut mengawal proses hukum hingga selesai.
“Ini bukan sekadar konflik lokal. Ini tragedi kemanusiaan. Mahasiswa wajib turun ketika rakyat kecil mengalami ketidakadilan,” tutup Abdul.
Hingga berita ini dipublikasikan, para korban masih menjalani perawatan intensif di fasilitas kesehatan.
Insiden tersebut mendapat perhatian luas dari publik dan berbagai organisasi masyarakat sipil di Bengkulu.