Rupiah Hari Ini 11 November 2025: Melemah ke Rp16.694 per USD
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada penutupan perdagangan hari Selasa, 11 November 2025, mengalami pelemahan.
Berdasarkan data Bloomberg dan Bursa Efek Indonesia (BEI), rupiah ditutup melemah sekitar 40 poin atau 0,24 persen ke level Rp16.694 per USD, dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di Rp16.654 per USD.
Pelemahan ini sejalan dengan sentimen pasar yang masih menantikan keputusan Federal Reserve (The Fed) terkait potensi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2025.
Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah
Ilustrasi rupiah melemah. [Instagram]Penurunan nilai tukar rupiah pada hari tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal.
Data pasar tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan di sektor swasta serta lonjakan PHK terbesar dalam dua dekade terakhir, yang menimbulkan kekhawatiran akan resesi ekonomi.
Kondisi ini memicu spekulasi bahwa The Fed perlu menurunkan suku bunga untuk mencegah perlambatan ekonomi yang lebih dalam.
Selain itu, pengesahan RUU pendanaan pemerintah AS setelah shutdown selama 41 hari memberikan efek campuran.
Meski ketegangan politik sedikit mereda, pelaku pasar tetap berhati-hati menunggu hasil pemungutan suara final dan tanda tangan presiden.
Dampak pada Perdagangan dan Ekonomi Indonesia
Ilustrasi rupiah melemah hari ini. [Instagram]Melemahnya rupiah turut memberikan efek terbatas terhadap aktivitas perdagangan dan inflasi domestik.
Namun, fluktuasi nilai tukar masih menjadi perhatian utama bagi pelaku usaha dan Bank Indonesia (BI).
Analis memperkirakan bahwa pergerakan rupiah akan tetap fluktuatif dalam beberapa hari ke depan, dengan kisaran Rp16.690–Rp16.730 per USD.
Prospek ke Depan: Waspadai Langkah The Fed dan Data Ekonomi Global
Ilustrasi rupiah melemah. [Instagram]Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh kebijakan The Fed, stabilitas politik AS, dan data ekonomi global.
Bank Indonesia menyatakan siap melakukan intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan untuk menjaga kestabilan rupiah.
Sementara itu, investor dan pelaku pasar tetap memantau rilis data makroekonomi terbaru yang dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter dunia.