Selamat Jalan Ki Anom Suroto, Dalang Legendaris yang Hidupkan Jiwa Wayang Jawa
Dunia seni tradisi Indonesia kembali berduka. Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro, atau yang lebih dikenal sebagai Ki Anom Suroto, berpulang ke hadirat Ilahi pada Kamis, 23 Oktober, sekitar pukul 07.00 WIB.
Dalang legendaris asal Klaten, Jawa Tengah, ini meninggal dunia pada usia 77 tahun setelah menjalani perawatan intensif di RS Dr. Oen Kadangsapi, Jebres, Solo.
Kabar duka itu cepat menyebar di kalangan seniman dan pecinta wayang kulit. Banyak yang tak kuasa menahan haru atas kepergian sang maestro, yang telah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan budaya Jawa.
Baca Juga: Kabar Duka, Dalang Ki Anom Suroto Meninggal Dunia Hari Ini
Rekan sesama dalang, Ki Ngabehi Edi Sulistiyono, menjadi salah satu yang pertama mengonfirmasi kabar duka tersebut.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Saya baru mendapat kabar dari rekan-rekan di WhatsApp bahwa Ki Anom Suroto wafat. Beliau panutan, sosok luar biasa dalam dunia pedalangan,” ujarnya penuh duka.
“Jagat pewayangan kehilangan figur sehebat Ki Anom, yang kiprahnya bisa disandingkan dengan Ki Narto Sabdo,” tambahnya.
Baca Juga: Profil Lengkap Ki Anom Suroto: Dalang Legendaris yang Berdakwah Lewat Wayang Kulit
Sang Dalang Visioner yang Menghidupkan Tradisi
Nama Ki Anom Suroto tidak hanya tercatat dalam sejarah seni pertunjukan, tetapi juga terpatri di hati masyarakat. Ia dikenal sebagai dalang visioner yang mampu menyatukan nilai-nilai klasik dan sentuhan modern dalam setiap pementasannya.
Dengan gaya sabetan yang lembut namun berkarakter, serta suara yang kuat dan penuh penghayatan, setiap pertunjukan Ki Anom selalu menghadirkan pengalaman spiritual dan hiburan yang mendalam.
Di tangan beliau, kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana bukan sekadar legenda masa lalu. Ia menafsirkan kisah itu secara kontekstual, menyelipkan pesan moral yang relevan dengan kehidupan masa kini.
Tak hanya dikenal di tanah air, pementasan Ki Anom juga menembus panggung internasional, memperkenalkan keindahan budaya Jawa ke mancanegara.
Banyak dalang muda mengaku terinspirasi oleh cara beliau memaknai peran seorang dalang bukan sekadar pencerita, melainkan penyampai nilai kehidupan dan penjaga kearifan lokal.
Dalang: Penjaga Nilai dan Penuntun Jiwa
Dalang (Instagram)
Dalam tradisi pewayangan, dalang bukan hanya memainkan boneka wayang di balik kelir. Ia adalah penafsir kehidupan, yang memadukan unsur sastra, musik, filsafat, dan humor menjadi satu kesatuan seni yang utuh.
Seorang dalang harus memahami makna simbolik setiap tokoh wayang, memilih tembang dengan tepat, dan menyeimbangkan antara hiburan dan tuntunan. Karena itu, dalang kerap disamakan dengan seorang guru spiritual penuntun jiwa yang menanamkan nilai moral lewat cerita epik.
Ki Anom Suroto memerankan semua itu dengan sempurna. Selain aktif di panggung, ia juga membina generasi penerus. Melalui berbagai sanggar, beliau mengajarkan teknik sabetan, vokal, hingga filosofi pewayangan kepada para muridnya.
Kini, banyak di antara mereka telah menjadi dalang profesional yang meneruskan jejak sang maestro.
Warisan Abadi Sang Maestro Wayang
Dalang (Instagram)
Kepergian Ki Anom Suroto meninggalkan duka mendalam bagi dunia seni tradisi. Namun, karya dan pengaruhnya akan terus hidup. Suara khasnya, petuahnya dalam pementasan, serta dedikasinya terhadap budaya Jawa akan senantiasa dikenang.
Prosesi pemakaman berlangsung khidmat dan penuh penghormatan. Doa-doa dipanjatkan untuk mengiringi perjalanan beliau menuju keabadian.
Lebih dari sekadar seniman, Ki Anom Suroto adalah penjaga nyala api budaya Nusantara. Warisannya menjadi pengingat bahwa seni tradisi tidak boleh sekadar dikenang, melainkan harus dijaga, dihidupi, dan diteruskan.
Selamat jalan, Ki Anom Suroto. Jasamu akan selalu hidup di hati bangsa yang mencintai budaya dan kearifan lokal.