Sepanjang 2023 Terjadi 4.900 Kejadian Bencana, Naik Dibanding 2022
Nasional

FTNews, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga, Jumat (29/12) terjadi 4.900 bencana di Indonesia. Jumlah ini naik dibanding tahun 2022 sebanyak 3.544 kejadian bencana.
Dari catatan tersebut, bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendominasi, 1.802 kejadian. Lalu cuaca ekstrem 1.147, banjir 1.147, tanah longsor 573, kekeringan 168, gelombang pasang 31 kejadian. Kemudian gempa bumi 29 dan erupsi gunung api 3 kejadian.
Dari kejadian bencana itu, hampir 8,7 juta jiwa menderita dan mengungsi. Sebanyak 261 jiwa meninggal dunia, 5.761 luka-luka. Selanjutnya 33.058 rumah rusak dan 872 fasilitas rusak.
Baca Juga: Diguyur Hujan Deras, 17 RT di Jakarta Terendam Banjir Pagi Ini
Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa mengatakan, bencana hidrometeorologis seperti cuaca ekstrem dan karhutla tidak lepas dari perubahan iklim.
"Jadi sebenarnya ini menunjukkan upaya global sampai dengan COP 28 yang lalu itu masih gagal untuk mencegah terus memanasnya Bumi kita," katanya kepada FTNews, di Jakarta, Jumat (29/12).
Menurutnya, target-target Paris Agreement terkait pengendalian emisi global pun belum sejalan antara kenyataan dan target pengurangannya dalam kesepatan itu. Selain itu ada pula target menekan kenaikan suhu tidak lebih dari 1 derajat Celcius.
Baca Juga: Ini Dia Biang Kerok Hujan Guyur Jakarta di Malam Hari
"Salah satu dampaknya secara global termasuk di Indonesia yaitu meningkatnya bencana hidrometeorologis cuaca ekstrem termasuk karhutla," ungkapnya.
Terkait karhutla lanjutnya, jika mengacu pada teori segitiga api. Iklim ekstrem kering akan berdampak pada mengeringnya vegetasi biomassa yang ada di hutan dan lahan.
Menurut teori itu kebakaran atau api bisa terjadi karena tiga hal yakni oksigen, bahan bakar dan kondisi panas. Cuaca ekstrem panas meningkatkan jumlah bahan bakar, karena vegetasi dan biomassa menjadi kering.
"Namun jangan lupa karhutla dipastikan karena ada aktivitas penggunaan api. Panas tidak mungkin karena sebatas gesekan ilalang atau pohon di hutan. Tapi itu karena pasti ada aktivitas manusia pada saat kondisi cuaca ekstrem di hutan dan lahan," papar Mahawan.
Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia ini mendorong penguatan penegakan hukum karhutla.
"Karena penanggulangan dan pemadaman hutan dan lahan perlu upaya luar biasa. Jangankan negara berkembang, negara maju seperti Kanada dan Australia juga gagal menahan karhutla," ucapnya.
Upaya pemadaman karhutla di lapangan. Foto: Pemprov Riau
Pengaruh El Nino
Sementara itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkap, karhutla yang terjadi di 2023 dapat pengaruh El Nino. Kondisi yang membuat cuaca lebih kering dan minim hujan. Kondisi karhutla pun sangat mengkhawatirkan.
"El Nino 2023 yang dinilai akan sama dengan atau lebih buruk dari El Nino 2019. Tapi tidak lebih buruk dari El Nino 2015," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dalam Refleksi Akhir Tahun, di Jakarta.
Siti mengatakan, berkat upaya bersama secara nasional, wilayah dan daerah, El Nino 2023 dapat diatasi dengan baik dari aspek karhutla.
Menurut data KLHK luas karhutla sejak Januari-Oktober 2023 mencapai 994.313.14 hektare (ha). Sementara itu saat El Nino kuat di tahun 2015 luas karhutla 2,6 juta ha. Lalu di tahun 2019 yang juga kembali El Nino, karhutla mencapai 1,6 juta ha.