Lifestyle

Siapa dr. Ryu Hasan? Biodata, Agama, dan Temuannya soal Turunnya IQ Indonesia Jadi 78

18 November 2025 | 19:45 WIB

Dalam episode terbaru podcast Endgame bersama Gita Wirjawan, dokter bedah saraf dan pakar neurosains dr. Ryu Hasan membagikan kisah penelitian IQ yang pernah ia lakukan di masa mudanya.

Cerita tersebut bukan sekadar nostalgia, tetapi menjadi pemantik diskusi serius mengenai potensi penurunan kecerdasan kolektif masyarakat Indonesia.

Temuan Mengejutkan: Penurunan IQ dari 109 ke 78

Pada tahun 1986, saat masih menjadi mahasiswa kedokteran, dr. Ryu melakukan survei IQ pada siswa SD hingga SMA di tujuh kecamatan di Kabupaten Kediri.

Hasilnya mengejutkan: rata-rata IQ anak-anak pada masa itu mencapai 109,6, angka yang terbilang tinggi dan menunjukkan potensi intelektual generasi kala itu.

Namun kondisi kini jauh berbeda. Menurut dr. Ryu, rata-rata IQ masyarakat Indonesia saat ini berada di angka 78,4. Jika penurunan itu berlanjut dan turun delapan poin lagi, Indonesia bisa masuk rentang IQ 70–90, yang secara ilmiah setara dengan rentang kecerdasan gorila.

Perbandingan ekstrem tersebut, menurut dr. Ryu, bukan untuk merendahkan, tetapi sebagai peringatan keras bahwa penurunan kecerdasan populasi adalah isu serius yang harus ditangani. Pertanyaan besar pun muncul: Apa penyebab penurunan ini, dan bagaimana dampaknya bagi masa depan bangsa?

Siapa dr. Ryu Hasan? Dokter, Peneliti, Poliglot, dan Pemimpin Neuro Center

dr. Ryu Hasan (Instagram)Nama yang memaparkan temuan tersebut bukan sosok biasa. Dr. Roslan Yusni Al Imam Hasan, atau dr. Ryu Hasan, adalah dokter bedah saraf ternama dengan pengalaman internasional lebih dari tiga dekade.

Ayahnya bekerja sebagai atase Indonesia di berbagai negara, membuat Ryu kecil tumbuh berpindah-pindah dari Arab Saudi, Irak, hingga Lebanon. Karena itu, bahasa Arab menjadi bahasa pertamanya, disusul kemampuan berbahasa Parsi, Hebrew, Inggris, dan Jepang setelah dua dekade menetap di Negeri Sakura.

Secara akademis, dr. Ryu menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Airlangga, menyelesaikan spesialisasi bedah saraf di Sydney, serta memperdalam neuroscience di Tokyo.

Ia telah bekerja di berbagai lembaga internasional sejak 1989 dan kini menjabat sebagai Kepala Neuro Center RS Mayapada Jakarta.

Bahkan, sebuah rumor yang beredar menyebut ia mengantongi “paspor WHO”, memperlihatkan reputasinya yang mendunia.

Perjalanan Pribadi: Dari “Anak Autis” Menjadi Ahli Neurologi

dr.Ryu mengaku bahwa dirinya sering dianggap anak autis (Instagram)Dalam berbagai kesempatan, dr. Ryu mengaku dirinya dulu sering dianggap “anak autis” tak peka, canggung, dan kurang sopan. Namun pemahaman mendalam tentang mekanisme otak dan saraf membuatnya mampu mengenali pola pikir serta perilaku dirinya sendiri.

Pengetahuan itu menjadi bekal untuk berkembang menjadi individu yang berfungsi normal, produktif, dan sukses dalam karier medisnya.

Kisahnya menjadi bukti bahwa neurosains dapat membuka jalan bagi perkembangan diri, bahkan untuk seseorang yang pada masa kecilnya dianggap “berbeda”.

Biodata Singkat dr. Ryu Hasan