Waduh! Kim Soo Hyun Harus Bayar Denda Hingga Rp 2 Miliar Jika 'Knock Off' Tak Jadi Tayang

Rumor Kim Soo Hyun berpacaran dengan Kim Sae Ron saat berusia dibawah 17 tahun masih terus diusut, dan masih diperbincangkan di Korea.

Kontroversi ini pun tentu saja berpengaruh besar bagi branding Soo Hyun yang saat ini sudah di cap ‘Red Flag’ bagi sebagain orang.

Kim Soo Hyun berpacaran dengan Kim Sae Ron (Instagram)

Imbas kontroversi ini membuat pria kelahiran 1988 ini diperkirakan harus membayar denda setidaknya ratusan miliar KRW untuk ganti rugi kepada tim produksi “Knock Off”.

Baca Juga: Biodata dan Agama Kim Soo Hyun yang Dituduh Pacari Kim Sae Ron Saat Masih Berumur 15 Tahun

Pada tanggal 27 Maret, Disney Plus memberikan pernyataan bahwa tanggal rilis “Knock Off” harus ditunda, yang awalnya dijadwalkan bulan April dengan 18 episode terpaksa harus diundur.

Sebenarnya, musim 1, tim produksi “Knock Off” sudah selesai, namun untuk musim 2 masih belum di selesaikan, akibat kontroversi yang ditimbulkan oleh Kim Soo Hyun.

Laporan menunjukan bahwa Soo Hyun harus membayar kira-kira lebih dari 18 miliar KRW dan kerugian yang terjadi karena penundaan “Knock Off” akan sepenuhnya ditanggung oleh Soo Hyun.

Baca Juga: Won Bin dan Han So Hee Datangi Pemakaman Kim Sae Ron

Drama Knock off Kim Soo Hyun (Instagram)

Ganti rugi ini ternyata masih belum diketahui kebenarannya dikarenakan hal tersebut tergolong rahasia yang tertera dalam kontrak. Namun dalam kontrak biasanya mencantumkan bahwa , “Jika aktor menyebabkan kontroversi sosial dengan melanggar hukum atau norma sosial, maka aktor tersebut harus membayar setidaknya 2-3 kali lipat bayaran penampilan mereka.”

Produksi “Knock Off” dikabarkan menghabisakan setidaknya 60 miliar won untuk membuat musim 1 dan 2.

Soo Hyun dikabarkan menerima 500 juta won per episode dengan total 9 miliar won. Ini sekitar 15 persen dari total biaya produksi “Knock Off”.

Seandainya “knock off” tak jadi tayang maka Soo Hyun harus membayar denda 2 kali lipat dari biaya produksi sekitar 180 miliar won (sekitar Rp 2 triliun) sebagai ganti rugi likuidasi.